Kota Cerdas
Tomohon "Pasadena" Indonesia
Jean Rizal Layuck/ Defri Werdiono
Ikon konten premium Cetak | 7 Juli 2015
Tomohon kini menjelma menjadi kota terkemuka di Sulawesi Utara. Dari kota kecamatan dengan 70 persen penduduknya menjadi petani, Tomohon bergerak maju di bidang pendidikan, ekonomi, perkebunan, pertanian, kesehatan, dan pariwisata. Satu lagi yang membedakan Kota Tomohon dengan kota lain di Tanah Air, yakni bunga. Bunga membuat Tomohon sebagai "Pasadena" Indonesia.
Suasana sore di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Kamis (25/6). Bangunan kios bunga banyak terdapat di pinggir jalan. Tomohon dikenal sebagai kota bunga.
KOMPAS/DEFRI WERDIONOSuasana sore di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Kamis (25/6). Bangunan kios bunga banyak terdapat di pinggir jalan. Tomohon dikenal sebagai kota bunga.
Bunga mengikat kedua kota, Tomohon dan Pasadena, Amerika Serikat, menjadi kota kembar meski kedua kota itu berjarak ribuan kilometer. "Pemerintah Pasadena mengenal Tomohon. Kami diundang setiap turnamen bunga di Pasadena dan kami mengundang mereka setiap turnamen bunga di sini. Kami banyak belajar dari Pasadena," kata Wali Kota Tomohon Jimmy Eman.
Bunga di Tomohon, sebagian besar hidup di kawasan Kakaskasen, sesungguhnya telah dikenal lama oleh masyarakat Sulut. Tanaman bunga diperkenalkan sejak zaman penjajahan Belanda melalui misionaris yang datang menginjil ke Tomohon. Bunga telanjur menjadi kekuatan kota berpenduduk 101.665 jiwa itu. Bunga membuat perekonomian warga Kota Tomohon bermetamorfosa dan berdaya tahan tinggi. Bunga yang biasanya dikonsumsi kalangan tertentu, seperti hotel, perkantoran, dan kalangan elite pada hari raya, berubah dikonsumsi oleh umum. Semua orang membeli bunga.
Terletak di atas ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut serta memiliki luas sekitar 147,21 kilometer persegi, Tomohon cukup sejuk petang hari. Suhu kota 20-25 derajat celsius. Malam hari suhu dingin dapat mencapai 17 derajat celsius sehingga siapa pun yang baru pertama kali ke Tomohon akan merasakan dingin itu. Suhu Tomohon sangat cocok untuk sejumlah tanaman hortikultura.
Petani bunga bernama Ronny Polii mengatakan, perkebunan bunga dilakukan secara berkelompok dan perorangan oleh warga. Modal berkebun bunga tak mahal, tetapi masyarakat dapat untung empat sampai lima kali lipat.
"Modal Rp 4 juta bisa untung hingga Rp 20 juta sekali panen," katanya. Panen bunga terjadi empat sampai lima kali setahun. Keuntungan itu membuat banyak masyarakat beralih usaha. "Saya semula pegawai negeri sipil golongan III, berhenti, lalu menanam bunga," ujarnya.
Ronny mengatakan, petani bunga beruntung saat Pemerintah Kota Tomohon menggelar Festival Bunga tahun 2008. Ketika itu, petani belum sanggup memenuhi permintaan bunga saat festival pertama kali digelar, yang mencapai jutaan tangkai. Namun, Wali Kota Jefferson Rumajar (saat itu) tak hilang akal. Ia pun memasok bunga dari Lembang, Jawa Barat, untuk kepentingan festival. "Syukurlah dalam dua kali festival, kami bisa menjadi tuan rumah yang baik. Seluruhnya bunga produksi petani Tomohon," ujar Jimmy.
Dinas Pertanian Kota Tomohon mencatat lebih dari 200 pedagang bunga yang menjajakan 250 jenis tanaman hias di kota itu. Sekuntum mawar, yang dahulu biasa dipetik gratis dari kaki Gunung Lokon dan Mahawu, kini bernilai
content
Decky, pedagang bunga, menyebutkan, bunga yang diperdagangkan adalah varian lokal, seperti aster dan gladiol. Ada juga bunga asal luar daerah, di antaranya aglonema yang berasal dari Jawa dan puring yang diimpor dari Thailand. Harga bunga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah.
"Setiap hari selalu ada pembeli. Mereka kebanyakan orang dari Manado. Permintaan paling ramai biasanya terjadi menjelang Natal, periode September hingga Desember," ujarnya.
Tak dimungkiri, bunga produksi warga Tomohon mendongkrak pendapatan per kapita menjadi Rp 15 juta tahun 2013, sekaligus menekan angka pengangguran sekitar 7 persen atau sekitar 6.000 warga. Angka pendapatan per kapita tahun 2013 itu naik tiga kali lipat tahun 2006 sekitar Rp 5 juta.
Bunga memicu pertumbuhan ekonomi Kota Tomohon mencapai 6,93 persen tahun 2014 dan memacu indeks pembangunan manusia ke level 77,4 persen. Tinggi untuk ukuran sebuah kota di pelosok Sulut.
Kota desa
Perkembangan Kota Tomohon terdiri lima kecamatan dan 44 kelurahan cukup pesat. Sejak menjadi daerah otonomi baru 12 tahun lalu melepas diri dari Kabupaten Minahasa, ekonomi Tomohon berkembang dinamis. Sejumlah pusat pertokoan berdiri di sana, lalu lintas di pusat kota dulu lengang kini macet.
Banyak pertokoan dan perumahan berdiri di sana, sebagian milik orang Jakarta dan Surabaya. Di kawasan Uliandano berdiri perkampungan Surabaya, jelas pemiliknya orang Surabaya dan Jakarta yang bermigran ke Tomohon saat terjadi kerusuhan Mei tahun 1998.
Meski demikian, Tomohon masih mempertahankan ciri khas sebagai "kota desa" dengan angkutan bendi ditarik oleh kuda pacu. Jimmy menyebutkan, kota desa karena 70 persen penduduknya hidup dari petani bunga, kelapa, dan cengkeh. Cengkeh dan kelapa banyak ditemui di kawasan Tinoor, sedangkan anggrek di Tomohon tengah.
Sajian keindahan Tomohon tak hanya menikmati panorama bunga, tetapi juga berderet panjang ketika memasuki kawasan Bukit Doa seluas 20 hektar. Di sebelah selatan terdapat Danau Linow yang berganti-ganti warna dari pagi hingga malam hari.
Tomohon juga memiliki potensi sumber daya alam energi panas bumi Lahendong menghidupkan listrik Sulawesi Utara dengan empat pembangkit sebanyak 80 megawatt.
Kota Tomohon memiliki daya tarik karena diapit dua gunung berapi, yakni Lokon dan Mahawu. Dari Bukit Inspirasi pemandangan lepas menyaksikan keindahan Gunung Lokon. Gunung itu bentuknya memanjang, kepala di bagian selatan, dikenal sebagai Gunung Lokon, di utara menjulang pasangannya bernama Gunung Empung.
Terletak di sebelah barat Kota Tomohon, Gunung Lokon mempunyai ketinggian 1.580 meter. Gunung berapi aktif luar biasa, dengan erupsi setahun di atas 1.000 kali menyajikan panorama pegunungan dengan kawah indah.
Gunung Mahawu berada berlawanan arah dengan Gunung Lokon yang memiliki lereng cukup landai dengan ketinggian 1.311 meter. Dari atas Mahawu terlihat pemandangan menakjubkan, dengan danau kawah berwarna hijau dengan kuning belerang. Letusan kecil terjadi tahun 1789.
Kombinasi alam indah dan bunga menjadikan Tomohon melesat maju. Pariwisata Kota Tomohon mencatat kunjungan paling banyak di antara kota dan kabupaten di Sulut.
Tahun 2014 tercatat kunjungan turis asing mencapai 14.023 orang, naik berlipat dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 4.087, angka kunjungan wisatawan Nusantara naik drastis jadi 132.202 wisatawan tahun 2014 dari 30.576 tahun 2011.
Seiring dengan itu, bisnis hotel pun bertambah banyak. Sejumlah resort dan hotel bermunculan dengan jumlah kamar mencapai 500 buah, bahkan sebuah kamar resort di Tomohon berharga di atas Rp 2 juta per kamar.
Jumlah kamar hotel dan resort memberi daya dukung Kota Manado yang beberapa waktu lalu sempat kehabisan kamar saat menggelar event internasional.
Inilah Kota Tomohon simpul penting Sulut, kota yang memberi harapan dan inspirasi pada setiap orang yang ke sana.
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/07/Tomohon-Pasadena-Indonesia
- Log in to post comments
- 284 reads