AMBON, KOMPAS — Penghentian sementara izin usaha perikanan tangkap serta larangan penggunaan nakhoda dan anak buah kapal berkewarganegaraan asing membuat produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon menurun. Volume produksi pada November 2014 sebanyak 6.478 ton, tetapi pada Desember hanya 2.206 ton.
”Sejak pemberlakuan aturan itu pada November 2014, jumlah kapal yang berhenti beroperasi terus bertambah hingga sekarang sekitar 60 kapal,” kata Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon AA Cholieq Syahid di Ambon, Rabu (7/1). Jumlah kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon 101 kapal dengan bobot mati setiap kapal minimal 150 gros ton.
Penurunan produksi itu membuat harga semua jenis ikan pada November 2014 sekitar Rp 18.942 per kilogram meningkat pada Desember menjadi Rp 31.763 per kg. Sekitar 95 persen dari jumlah ikan yang dibongkar di pelabuhan itu yang dikonsumsi industri perikanan.
Pengurangan produksi ikan juga dialami PT Maritim Timur Jaya, perusahaan perikanan yang berada di Kota Tual. Sekitar 70 kapal milik perusahaan itu tidak lagi beroperasi karena tidak diperpanjang izin usaha penangkapan dan pelarangan penggunaan nakhoda serta ABK asing. Perusahaan ini mengoperasikan sekitar 70 kapal.
Direktur PT Maritim Timur Jaya Dipa Tamteilahitu mengatakan, sebelum pemberlakuan aturan itu, pihaknya menangkap ikan sekitar 40 ton per hari. Setelah adanya larangan itu, produksi pada Desember hanya 5 ton. ”Itu pun kami beli dari nelayan lokal karena kapal kami tidak lagi beroperasi,” ujarnya.
Akibat tidak beroperasinya kapal itu, sekitar 200 karyawan telah dirumahkan. ”Sisanya, sekitar 200 karyawan, yang adalah dari warga setempat, juga mungkin akan dirumahkan karena tak ada lagi aktivitas di perusahaan,” katanya.
Sementara itu, dari pantauan di Pasar Mardika, Ambon, harga semua jenis ikan naik. Satu ikan cakalang yang beratnya sekitar 1,5 kg dijual seharga Rp 60.000. Padahal, sebelumnya sekitar Rp 45.000 per ekor. Satu ikan kakap dengan berat 4 ons yang sebelumnya hanya Rp 10.000 kini menjadi Rp 25.000.
”Sekarang sudah mulai musim gelombang tinggi dan banyak kapal ikan tidak melaut. Kemungkinan besar harga ikan akan naik terus,” kata Nurdin Ambo, penjual ikan di Pasar Mardika. Selain membeli langsung dari nelayan setempat, Nurdin mengaku mengambil ikan dari pengepul.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Romelus Far Far mengatakan, hasil tangkapan nelayan lokal bisa menanggulangi kebutuhan masyarakat. Namun, katanya, salah satu kesulitan yang dihadapi nelayan lokal adalah ancaman cuaca buruk yang kini melanda seluruh wilayah Maluku. (FRN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011254860
- Log in to post comments
- 468 reads