BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pemda Tidak Gelar Peringatan Khusus



22 Tahun Tsunami Flores
Pemda Tidak Gelar Peringatan Khusus

KUPANG, KOMPAS — Hari Jumat (12/12) ini tepat 22 tahun tsunami Flores, Nusa Tenggara Timur. Tak ada peringatan khusus ataupun upaya mitigasi bencana terkait potensi bencana sebagaimana terjadi pada 12 Desember 1992 yang menelan 2.080 korban jiwa dan sempat meremukkan sendi kehidupan Flores.

Berdasarkan catatan Kompas, gempa berkekuatan 6,8 skala Richter disertai tsunami melanda hampir merata di seluruh Flores, yang kini meliputi tujuh kabupaten. Korban jiwa paling banyak dan kerusakan paling parah menimpa Kabupaten Sikka, Ende, dan Flores Timur.

”Yang punya agenda seharusnya kabupaten yang dulu terkena bencana Flores itu. Sejauh ini tidak ada pemberitahuan atau undangan terkait kegiatan simulasi bencana atau mitigasi di daerah bersangkutan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT Tini Thadeus di Kupang, Kamis (11/12).

Kepala BPBD Ende Muslim Rauf mengatakan, tidak ada kegiatan khusus terkait momentum 22 tahun tsunami Flores. Dia mengatakan, kegiatan mitigasi sangat penting untuk daerah rawan bencana seperti NTT, termasuk Ende.

Secara terpisah, Kepala BPBD Flores Timur Paulus Igo Geroda mengatakan, pada Oktober lalu pihaknya melakukan simulasi bencana tsunami di Serinuho, Kecamatan Titiena. Serinuho adalah satu dari sejumlah kampung pesisir di Flores Timur yang remuk diterjang tsunami 22 tahun lalu.

Sementara itu, Kabupaten Sikka akan menandai momentum 22 tahun tsunami Flores dengan simulasi menghadapi gempa dan tsunami. Kegiatan itu akan digelar di Pantai Koka, Kecamatan Paga, sekitar 45 kilometer arah selatan Maumere, Kota Kabupaten Sikka.

”Menurut rencana, kegiatan simulasi itu digelar sebelum pencanangan program wisata lestari,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sikka Bakri Kari di Maumere, Kamis.

Wakil Ketua DPRD NTT Alex Ofong mengatakan, Provinsi NTT seharusnya memiliki program konkret yang secara rutin mendorong masyarakatnya agar berbudaya sadar bencana sekaligus memahami bagaimana mengantisipasinya. Menurut dia, gempa disertai tsunami yang menerjang Flores 22 tahun lalu adalah salah satu contoh bencana yang meninggalkan kegetiran sangat dalam bagi masyarakat di pulau tersebut. Mereka tidak hanya harus kehilangan harta benda, tetapi juga anggota keluarga.

”Bencana Flores itu sangat dahsyat dan menyayat kalbu. Namun, rata-rata masyarakat Flores kini tidak lagi mengingatnya. Mereka gampang lupa dan sikap seperti itu sangat berbahaya untuk daerah rawan bencana seperti NTT, terutama Flores,” ujarnya. (ANS)



Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010612948

Related-Area: