Pariwisata
Menjaga Kemilau ”Permata Minahasa”...
ANGIN laut semilir berembus di kawasan Boulevard, Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (18/8). Menatap lepas ke depan, menjulang Gunung Manado Tua dan Pulau Bunaken, taman laut kebanggaan Nusantara. Panorama elok yang menyisakan kenangan getir bagi ratusan keluarga nelayan perihal reklamasi pantai Teluk Manado beberapa tahun silam.
Kawasan Boulevard kini menjadi ikon pariwisata dan belanja Kota Manado. Wisata belanja, alam, dan kuliner menjadi magnet bagi warga dan pelancong. Rimba beton yang berdiri kokoh di kawasan pesisir itu dibangun di atas lahan hasil reklamasi (pengurukan) kawasan pantai sepanjang 4 kilometer.
Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang mengatakan, potensi terbesar Sulut ada di bidang maritim. Oleh karena itu, bidang ini menjadi prioritas untuk dikembangkan.
Freddy Telleng (45), warga Kelurahan Sario Tumpaan, Kecamatan Sario, mengaku, hingga tahun 1995, dia adalah seorang nelayan di sekitar Teluk Manado. Kini, ia menjadi pedagang warung kopi dengan modal patungan dengan tiga kerabatnya.
Freddy berkisah, pada 1980-an, di sepanjang pesisir Teluk Manado dapat dijumpai burung-burung camar terbang rendah mencari ikan di sekitar perahu-perahu nelayan. Sayang, terumbu karang dan biota laut dikorbankan untuk pembangunan gedung-gedung mal dan pusat perbelanjaan.
Iwan A (32), karyawan swasta di Manado, mengatakan, hampir setiap hari kemacetan selalu terjadi di sekitar kawasan Boulevard. Meski demikian, dia mengakui, keberadaan pusat perbelanjaan dan mal tepi laut juga turut mengubah wajah Kota Manado menjadi lebih modern.
”Bangga juga, kawasan Boulevard, kan, sekarang jadi tempat nongkrong. Wisatawan banyak juga yang berfoto-foto atau menikmati panorama Gunung Manado Tua dari jauh. Sayangnya kalau masuk harus bayar,” tuturnya.
Dimulai di Manado
Di tepi laut, di belakang gedung-gedung mal di kawasan Boulevard, rombongan peserta Kompas Jelajah Sepeda Manado-Makassar dilepas oleh Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang. Turut serta melepas para pesepeda yang bakal menempuh perjalanan sepanjang 1.500 kilometer dari Manado hingga Makassar itu Kepala Polda Sulawesi Utara Brigjen (Pol) Jimmy Palmer Sinaga, Wali Kota Manado Vicky Lumentut, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo, dan General Manager PT Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong Eko Agung Brahmantyo.
Sebanyak 50 peserta dari segala penjuru Nusantara dan 20 peserta dari wilayah Manado penuh sukacita berfoto di seputaran kawasan Boulevard. Beberapa di antaranya berfoto selfie dengan latar belakang Gunung Manado Tua.
Wapemred Kompas Budiman Tanuredjo mengungkapkan, jelajah sepeda merupakan sarana bagi Kompas untuk mewujudkan mimpi merajut Nusantara melalui penjelajahan sepeda. Laju sepeda akan membuat para peserta bisa lebih mencermati potensi wisata, kearifan lokal, keindahan alam, dan keanekaragaman budaya di Tanah Sulawesi yang membentang di sepanjang perjalanan.
Seperti halnya Manado dengan pariwisata pantainya. Menurut Frans Tangkawarow (40), salah seorang peserta asal Manado yang mengikuti rombongan jelajah sepeda menyusuri rute Manado-Tomohon, citra ibu kota Provinsi Sulawesi Utara sebagai kota wisata pantai itu perlahan luntur setelah reklamasi besar-besaran kawasan pesisir. Selain itu, sejak kawasan Boulevard dibangun, Kota Manado menjadi lebih sering terendam banjir.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengakui, proyek reklamasi untuk pembangunan kawasan kuliner dan belanja menyisakan pro-kontra terkait dengan kerusakan lingkungan kawasan pantai.
Namun, Vicky mengklaim, sejak kawasan bisnis terpusat dibangun di sana, perekonomian Manado lebih maju pesat. Dia berkomitmen, jika ada proyek reklamasi selanjutnya, pihaknya akan memperbaiki kelemahan-kelemahan terdahulu.
Jangan sampai keindahan Manado, sang ”Permata Minahasa” itu, kian memudar terkikis rakusnya pembangunan.
(GRE/DIA/ZAL/SON)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008398795
- Log in to post comments
- 132 reads