Department of Foreign Affairs, Trade and Development Canada (DFATD), mengunjungi desa binaan AgFor Sulawesi di Bulukumba, Bantaeng, dan Jeneponto, Sulawesi Selatan Maret lalu. Lawatan yang berlangsung selama 3 hari bertujuan menilik perkembangan, sekaligus berdialog dengan para pihak yang terlibat dalam AgFor Sulawesi. “Proyek AgFor Sulawesi baru-baru ini melakukan perluasan ke wilayah baru yaitu Jeneponto dan Gowa. Sudah menjadi kewajiban kami di DFATD untuk berkunjung ke area proyek untuk memonitor pelaksanaan dan melihat kesesuaian implementasi dengan apa yang direncanakan,” kata Hari Basuki, perwakilan dari DFATD. “Selain itu kami juga ingin mendengar langsung masukkan-masukkan dari lapangan, dan juga memastikan proyek-proyek yang didukung oleh DFATD berjalan dengan harmonis," imbuhnya.
Di Bulukumba, rombongan DFATD bersama dengan mitra AgFor Sulawesi, Balang, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan mendiskusikan tentang perkembangan Peraturan Daerah (Perda) masyarakat adat Kajang menurut rencana akan difinalisasi pada bulan April. Sejak satu tahun terakhir, komponen tata kelola proyek AgFor Sulawesi telah berupaya memfasilitasi perumusan serta pengesahan Perda tentang masyarakat adat. Perda ini akan mengakui keberadaan masyarakat adat, yang akan menjadi dasar hak masyarakat atas pengelolaan hutan adat Tana Towa yang luasnya mencapai 331,17 hektar.
Pengakuan Perda masyarakat adat adalah pencapaian penting yang dapat menjadi contoh bagi daerah lain yang tengah memperjuangkan komunitas dan hutan adat. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bulukumba menyatakan dukungan penuhnya pada AgFor Sulawesi. “Dengan bantuan teman-teman AgFor, Perda ini berhasil dirancang dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun. Jika pemerintah bekerja sendiri tanpa dibantu AgFor, mungkin akan memakan waktu lebih lama lagi. Saya sangat senang dengan keberhasilan yang dicapai, karena ini merupakan produk hukum pertama Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bulukumba,” ungkap Misbawati Wawo, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba.
Pada kesempatan terpisah, Kasman, petani asal desa Balang Pesoang berbagi dengan delegasi DFATD tentang pengalamannya tergabung dalam kelompok tani binaan AgFor Sulawesi. Sambil berkeliling kebun, Kasman mengisahkan bagaimana pengetahuan tentang memangkas dan memupuk yang diperoleh dari AgFor Sulawesi berhasil memperbaiki hasil kebun durian dan rambutannya. Rupanya, pemangkasan tidak hanya bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman tapi juga mempermudah Kasman dalam memanen durian. Selain itu, berbekal pengetahuan tentang teknik membibit dan okulasi, kini Kasman menjual bibit berbagai tanaman seperti durian, rambutan, manggis, lengkeng, dan cengkeh. Ia pun dikenal aktif mengajari cara bercocok tanam kepada masyarakat sekitar. “Bahkan para pembeli bibit juga saya ajari,” katanya.
Di Bantaeng, delegasi DFATD berbincang dengan Ningsih, seorang petani perempuan dari desa Bonto Bulaeng. Ningsih yang sebelumnya hanya bercocok tanam jagung sekarang telah menambah keragaman kebunnya dengan tanaman lada, kemiri, kakao, dan cengkeh. Ia berharap dalam beberapa tahun ke depan kebunnya dapat memberikan hasil yang meningkatkan pendapatan.
Sahabuddin dari desa Campaga turut menceritakan keberhasilan kelompok tani Campaga 1 yang dipercaya untuk memasok 700 bibit kakao untuk Dinas Perkebunan Kabupaten Bantaeng pada Desember 2013.
Lawatan kemudian dilanjutkan ke desa Jenetalassa, Jeneponto, yang merupakan wilayah kerja baru AgFor Sulawesi. Di dalam pertemuan, Salam, Kepala Desa Jenetalassa menyambut baik rencana AgFor Sulawesi beroperasi di desanya. Ia menarasikan tentang keadaan kebun petani setempat yang rata-rata ditanami sayuran. Pengetahuan petani tentang tanaman yang cocok dikembangkan dengan kondisi tanah setempat juga masih terbatas.
Dalam diskusi lanjutan dengan pemerintah daerah, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah mengutarakan dukungannya akan keberadaan AgFor Sulawesi dalam membantu meningkatkan pengetahuan petani di wilayahnya. James M. Roshetko, Senior Project Leader AgFor Sulawesi kemudian menjelaskan tentang adanya perluasan wilayah kerja AgFor tidak hanya di Bantaeng dan Bulukumba. “AgFor akan mulai mendampingi para petani di Gowa dan Jeneponto. Dengan adanya hal ini, dukungan terhadap petani-petani di Bantaeng dan Bulukumba akan tetap terselenggara, namun akan ada penyeimbangan frekuensi pendampingan,” kata James. Ia juga berharap agar kerja sama yang telah terbentuk antara tim AgFor dengan petani dan pemerintah tetap terjaga. Hal ini salah satunya dilakukan melalui pelibatan pemerintah daerah dan petani secara rutin dalam pengembangan strategi proyek.
Hari Basuki menyambut baik pencapaian yang diraih oleh AgFor Sulawesi terutama dalam meningkatkan kapasitas masyarakat, menjalin hubungan baik dengan pemerintah lokal, dan memfasilitasi terbentuknya Perda tentang masyarakat adat.
“Kami dari DFATD berharap bahwa kerja sama yang telah terjalin dapat berkembang menjadi sebuah kemitraan. Sehingga ketika AgFor Sulawesi berakhir, kemitraan inilah yang nantinya melanjutkan kegiatan proyek. Saya rasa ini akan menjadi win-win solution yang bermanfaat bagi pemerintah daerah serta petani,” tutupnya.
- Log in to post comments
- 260 reads