Perkebunan
Jeruk Soe dan Apel Timor Terancam Punah
KUPANG, KOMPAS — Jeruk Soe dan apel Timor di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, terancam punah. Itu karena pemda setempat tak memberikan perhatian serius terhadap dua jenis tanaman yang booming tahun 1990-an itu. Padahal, setiap tahun selalu ada alokasi dana sekitar Rp 500 juta khusus untuk pengadaan bibit kedua komoditas tersebut.
Anggota DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT), Stanis Tefa, di Kupang, Jumat (13/6), seusai kunjungan kerja di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS) mengatakan, kinerja Pemkab TTU dan TTS sangat diragukan dalam hal budidaya tanaman perkebunan khas di daerah itu.
”Jeruk dan apel Soe adalah tanaman khas Pulau Timor. Tahun 1990-an sampai booming di NTT, bahkan jeruk dikirim ke Surabaya dan Makassar. Namun, perlahan-lahan tanaman itu menghilang di lahan perkebunan warga karena kurang didukung pemerintah,” kata Tefa.
Jeruk Soe sama seperti jeruk keprok, yakni saat buah semakin matang, kulit buah semakin tipis, berat per buahnya 1-1,5 ons, dan masa pematangan buah pada pekan ke-24-ke-30. Perbedaan jeruk Soe dengan jeruk keprok umumnya pada rasanya, yakni jeruk Soe terasa manis bercampur masam, sedangkan keprok semakin matang rasanya semakin manis.
Kini, petani kesulitan mendapatkan bibit jeruk dan apel setiap tahun. Bibit yang disiapkan sering dirusak hama ulat daun. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) pun lebih banyak berada di kota kabupaten. Dalam satu tahun, kunjungan petugas PPL hanya 12 kali, yakni pada awal bulan, selebihnya mereka berada di kota kabupaten. Melalui APBD provinsi, bibit jeruk dan apel ini disiapkan masing-masing 200.000 anakan di TTS dan TTU. Namun sesuai pengakuan petani, anakan tanaman itu tidak pernah diperoleh.
Agus Nenos, Ketua Kelompok Tani Sabar Sejahtera, Desa Fatumnasi, Kecamatan Molo Utara, TTS, mengatakan, petani kesulitan mencari bibit jeruk dan apel. Untuk mempertahankan tanaman itu, sebagian petani berupaya mengadakan setek atau cangkok, tetapi upaya itu tidak banyak berhasil. ”Kami sudah lapor ke petugas penyuluh pertanian yang datang ke sini. Namun, setelah pulang, tidak ada aksi sama sekali,” kata Nenos. (Kor)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007206873
-
- Log in to post comments
- 700 reads