BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Provinsi Flores Satu Hati Tentukan Calon Ibu Kota

Provinsi Flores
Satu Hati Tentukan Calon Ibu Kota

KUPANG, KOMPAS — Masyarakat Flores harus satu hati untuk menentukan calon ibu kota Provinsi Flores. Sikap tarik-menarik kepentingan terkait calon ibu kota itu memperlihatkan egoisme kesukuan yang tinggi antar-etnis di daerah itu. Tokoh masyarakat sebaiknya dengan lapang dada menentukan satu dari tiga kota di Flores yang dinilai lebih layak menjadi pusat calon ibu kota Provinsi Flores.

Tokoh masyarakat Ngada, Flores, Willy Paga, di Kupang, Jumat (11/4), mengatakan, tak sulit mewujudkan Flores menjadi sebuah daerah otonomi baru (DOB), provinsi, pisah dari Nusa Tenggara Timur. Kesulitan tersebut ada pada masyarakat Flores sendiri.

”Sejak tahun 1955 hanya ada dua calon ibu kota Provinsi Flores, yakni Ende dan Maumere. Ketika Nagekeo dengan ibu kota Mbay menjadi sebuah daerah otonomi baru, 2006, Mbay pun dimasukkan sebagai calon ibu kota provinsi sehingga ada tiga calon ibu kota provinsi. Sekarang, tinggal masyarakat Flores memilih, kota mana yang lebih strategis dan representatif menjadi calon ibu kota,” kata Paga.

Jika Ende dinilai tidak layak karena sempit dan sulit dikembangkan, tinggal dua alternatif, yakni Maumere dan Mbay. Ende tetap dijadikan sebagai kota bersejarah dengan segala keunikannya.

Wakil Ketua Komisi A DPRD NTT Frans Nahas mengatakan, dari pengembangan kota ke depan, Mbay lebih strategis untuk pembangunan. Letak kota itu berada di tengah Pulau Flores sehingga mudah dijangkau masyarakat dari arah barat dan dari bagian timur, seperti Lembata, Flores Timur, dan Sikka. Harus ada yang mengalah demi terbentuknya provinsi Flores. Selama tokoh masyarakat dari setiap daerah mati-matian mempertahankan kotanya, provinsi Flores sulit terealisasi.

Wakil Bupati Lembata Viktor Mado membenarkan itu. Sebagai pribadi, Mado menginginkan ibu kota Provinsi Flores di Mbay, tetapi masyarakat Lembata lebih inginkan Maumere. ”Masyarakat Lembata menilai jarak Lembata-Maumere hanya sekitar 150 kilometer dan mudah dijangkau dengan sepeda motor dibandingkan dengan Lembata-Mbay dengan jarak hampir 250 kilometer. Namun, warga Manggarai Barat tentu lebih jauh lagi jika ibu kota provinsi Flores di Maumere. Makanya, harus ada yang mengalah,” kata Mado. (KOR)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006019069