50 Bahasa Daerah Terancam Punah
SEMBILAN bahasa daerah di Papua telah punah dan 50 bahasa daerah lainnya di Indonesia terancam punah.
Hal itu disebabkan terlalu seringnya para penutur bahasa ibu menggunakan bahasa nasional dan internasional.
“Umumnya mereka punah karena berlokasi di tempat terpencil dan penuturnya sedikit. Globalisasi dan modernisasi juga memicu hilangnya bahasa daerah,“ kata Direktur Pendidikan dan Guru Besar Fakultas Ilmu Bahasa (FIB) Universitas Indonesia (UI) Multamia Lauder pada jumpa pers perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional di Jakarta kemarin.
Hadir pada acara itu Ketua Komisi Nasional UNESCO Indonesia Arief Rahman, Direktur UNESCO Jakarta Hubert Gijzen, Dubes Bangladesh untuk Indonesia Nazmul Quaunine, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Kemendikbud Sugiyono, dan Guru Besar Arkeologi dan Seni UI Edi Sedywati.
Karena itu, tambah Multamia, penting bagi seluruh masyarakat Indonesia agar peduli atas ancaman hilangnya bahasa daerah tersebut.
Itu karena kekayaan budaya bahasa mengungkapkan identitas.
Lebih lanjut, Sugiyono memaparkan beberapa penyebab bahasa daerah terancam atau sudah punah.
Pertama, pernikahan antaretnik yang bisa menghilangkan salah satu atau kedua bahasa daerah. Kedua, urbanisasi dan bahasa daerah ditinggalkan untuk kegiatan ekonomi. Adapun yang ketiga, perang antarsuku atau antarnegara.
“Untuk menyelamatkan dari kepunahan perlu merevitalisasi bahasa daerah. Badan Bahasa mendokumentasikan yang sudah punah dengan membuat kamus tata bahasa, atau menjadikan bahan ajar di sekolah,“ tambahnya.
Salah satu contoh revitalisasi yang telah dilakukan Badan Bahasa, kata Sugiyono, ialah sastra Lamut di Banjarmasin, yakni tentang seni bercerita diiringi rebana. Kegiatan itu dilakukan dengan mengumpulkan anak muda lalu mempertemukan mereka dengan maestro seninya.
Di sisi lain, Guru Besar UI Edi Sedyawati mengatakan kepunahan bahasa daerah akan merugikan bangsa karena kehilangan khazanah bahasa dan budaya. (Bay/X-7)
-
- Log in to post comments
- 55 reads