BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Semen Indonesia Eskpansi hingga Vietnam

Wed,19 February 2014 | 21:41
Semen Indonesia Eskpansi hingga Vietnam

PANGKEP,  FAJAR -- Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memulai kunjungan kerjanya di Sulsel, Rabu, 19 Februari. Banyak proyek diresmikan Kepala Negara, diawali dari  pabrik unit V PT Semen Tonasa, di Bungoro, Kabupaten Pangkep.

Selain meresmikan operasional pabrik unit V Semen Tonasa dan power plan berkapasitas 2x35 MW, kemarin Presiden juga menandatangani sejumlah proyek lain di Sulsel. Di antaranya, pembangunan Bendungan Tomatoppe di Bajo, Kabupaten Luwu, pembangunan jalan Poros Bantaeng-Bulukumba, dan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) di Sidrap, Maros, Soppeng, dan Lutra.

Dalam sambutannya saat peresmian pabrik unit V Semen Tonasa, SBY bercerita tentang pengalamannya bersama Komisaris Utama PT Semen Tonasa, Prof Idrus A Paturusi.  SBY bercerita tentang gangguan kesehatan yang dia alami saat berkunjung di tempat yang sama, lima tahun silam.

"Saya kebetulan melihat Pak Idrus, saya langsung teringat  pengalaman lima tahun silam, waktu berkunjung ke sini (Tonasa, red). Saya tiba-tiba diserang sakit yang luar  biasa, sehingga acara peresmian waktu itu terpaksa diwakilkan," tutur SBY.

Dia menuturkan, karena sakit, harus paksakan diri kembali ke Makassar dan diperiksa. "Dokter bilang, untuk bisa bertahan dari penyakit ini saja, susah. Ini sudah malfungsi, semua indikatornya merah. Tapi saat kembali dicek di RS Gatot  Subroto, ternyata hasilnya normal. Berkat pertolongan Allah swt. Itu kenangan manis saya bersama Prof Idrus," jelas SBY.

Karena peristiwa itu pula, SBY mengaku sempat khawatir, karena kembali berkunjung ke Tonasa.  SBY melihat perkembangan Sulawesi yang hebat. "Sulsel semakin maju, dan kemajuannya itu nyata. Dulu waktu saya sama JK (Jusuf Kalla), kami merancang pembangunan bandara dan kita anggap sudah cukup. Ternyata Bandara Sultan Hasanuddin harus ditambah lagi kapasitasnya," tambahnya.

Dia juga mengungkapkan salah satu alasan Indonesia yang tergabung dalam East Asia Summit, mendorong agar beberapa negara seperti New Zealand, India, Amerika, dan Rusia, ikut bergabung dalam arsitektur kerja sama itu. Dia menjelaskan, dengan menarik beberapa negara itu ke dalam Asia Summit, Indonesia bisa mengembangkan kawasan timur.

Menurut dia, Sulsel harus melihat peluang itu dengan membangun kerja sama negara-negara tersebut. Baik itu dalam hal tambang, migas, dan pariwisata.

Semen Tonasa

SBY mengungkapkan, Semen Tonasa yang menjadi industri semen terbesar di Indonesia Timur, bisa menggerakkan ekonomi Sulsel.

Menteri BUMN, Dahlan Iskan mengapresiasi SBY yang telah menyetujui holding semen menjadi PT Semen Indonesia (Persero). "Dengan Semen Indonesia, kita sudah bisa menjadi produsen semen terbesar di Asia Tenggara dan cukup kuat untuk memasuki pasar bebas Asia," jelas dia.

Dahlan menjelaskan, Semen Indonesia sudah mengekspor produksi ke lima negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, Singapura, dan Myanmar. Pabrik Semen Indonesia juga melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri, seperti Vietnam dan Myanmar.

"Di Vietnam kita bangun pabrik dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun. Menyuplai Singapura, Laos, dan Kamboja. Pabrik di Myanmar masih sedang negosiasi, karena kita mau beli pabrik di sana," ungkap Dahlan.

Dahlan juga menjelaskan, selain Unit V Semen Tonasa, Semen Indonesia juga membangun pabrik semen di Kabupaten Rembang dan Tuban, Jawa Tengah. Masing masing berkapasitas 2,5 juta ton.

PT Semen Tonasa merealisasikan proyek strategis dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun. Ketersediaan bahan baku di pabrik unit V bisa bertahan sampai 100 tahun.

Pembangunan Proyek Tonasa V dimulai sejak 24 Februari 2009. Yaitu, sejak berita acara proyek diserahkan dari PT Semen Gresik Tbk (Persero) kepada PT Semen Tonasa. Bersamaan dengan pembangunan pabrik tersebut, Tonasa juga membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 2x35 megawatt.

Pabrik Tonasa V dan pembangkit listrik tersebut dibangun dengan investasi USD412 juta, atau setara Rp3,5 triliun. Investasi tersebut bersumber dari pendanaan PT Semen Tonasa (40 persen), dan pinjaman perbankan (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, Bank Pembangunan Daerah Jatim, dan BPD Sulselbar).

Dengan beroperasinya pabrik unit V, PT Semen Tonasa kini bisa memproduksi 6,8  juta ton per tahun. Dengan empat unit pabrik selama ini; unit I, II, III, dan IV, Semen Tonasa sudah memproduksi minimal 4,6 juta ton.

Tonasa juga sudah siap mengatasi kesulitan distribusi akibat meningkatnya jumlah produksi semen. Semen Tonasa  yang 80 persen didistribusikan  di wilayah timur Indonesia, didukung delapan unit pengantongan semen di pelbagai wilayah timur, dengan total kapasitas 4,5 juta ton per tahun.

Tonasa sementara membangun unit pengantongan semen di Kabupaten Mamuju, Sulbar dan Lapuko, Kabupaten Konawe Selatan, Sultra untuk menunjang penambahan produksi 2,5 juta ton per tahun. Tonasa akan membangun unit pengantongan lagi di Maluku Utara, Jayapura dan Gorontalo.

Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, dengan diresmikannya pabrik Semen Tonasa unit V dan Power Plan kapasistas 2x35 MW, semakin mengukuhkan posisi Tonasa. Syahrul juga sangat optimis dengan beroperasinya pabrik unit V tersebut akan meningkatkan perekonomian Sulsel.

"Berkat kerja keras dan dukungan pemerintah pusat dan masyarakat, Sulsel mampu menjadi salah satu barometer pertumbuhan ekonomi di Indonesia," kata Syahrul.

Sayang, kunjungan kenegaraan SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama rombongan di Sulsel kemarin, dinodai oleh maraknya bendera partai politik. Sampai-sampai bendera Merah Putih, bendera nasional Indonesia, tenggelam dalam lautan biru, bendera Partai Demokrat dan PAN. (sbi-iad/usle-ars)

Sumber:http://www.fajar.co.id/sulawesiselatan/3141471_5663.html