PEDULI KELESTARIAN BUDAYA MALUKU
SEJUMLAH penggiat kebudayaan, aktivis mahasiswa, pemuda dan tokoh masyarakat yang berasal dari Maluku berkumpul dalam sebuah Sarasehan Budaya Maluku.
Sarasehan budaya bertajuk “Keberagaman Menuju Kebersamaan Sinergitas membangun Peradaban Maluku Berbasis Budaya Lokal” ini digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon, sejak Kamis (13/2) hingga Jumat (14/2).
Banyak tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah selain peduli kelestarian budaya Maluku, juga untuk membahas dan merumuskan penguatan jati diri dan budaya asli Maluku dalam menghadapi serbuan budaya asing yang kian gencar.
Stevinus Tiwery, Kepala BPNB Ambon, menyampaikan, prinsip dasar pembangunan kebudayaan Daerah Maluku yang berbasis kepulauan pada umumnya menjadi tantangan tersendiri bagi pelestarian kebudayaan di daerah ini. Tantangan ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah sendiri, namun juga melibatkan seluruh komponen yang berkompoten dalam pelestarian kebudayaan Maluku.
“Sarasehan Budaya Maluku merupakan forum yang menghimpun seluruh stakeholder dalam rangka menjawab tantangan pelestarian kebudayaan di Daerah Maluku,”tandas Tiwery dalam kesempatan itu.
Keinginan lain yang disampaikan bahwa, budaya Maluku harus tetap eksis dan kokoh berdampingan dengan kebudayaan lain di nusantara. Sehingga anak-anak kita tetap memegang jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.Pendekatan budaya dinilai efektif untuk menguatkan jati diri bangsa. Pendekatan budaya juga bisa menjadi sarana efektif untuk merekatkan kembali elemen-elemen masyarakat yang saat ini terkotak-kotak.
Ada pesan yang disampaikan Penjabat Gubernur Maluku, Saut Situmorang melalui staf ahli bidang keuangan, Benny Gasperz. Menurutnya, sarasehan Budaya Maluku menjadi sarana penguatan komunikasi dan silaturahim para seniman dan budayawan. Sarasehan ini harus tetap dihidupkan untuk mewujudkan kesamaan persepsi antar masyarakat maupun lembaga birokrasi pemerintah kota, kabupaten maupun provinsi dalam memperkenalkan budaya lokal.
SEJUMLAH penggiat kebudayaan, aktivis mahasiswa, pemuda dan tokoh masyarakat yang berasal dari Maluku berkumpul dalam sebuah Sarasehan Budaya Maluku.
Sarasehan budaya bertajuk “Keberagaman Menuju Kebersamaan Sinergitas membangun Peradaban Maluku Berbasis Budaya Lokal” ini digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon, sejak Kamis (13/2) hingga Jumat (14/2).
Banyak tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah selain peduli kelestarian budaya Maluku, juga untuk membahas dan merumuskan penguatan jati diri dan budaya asli Maluku dalam menghadapi serbuan budaya asing yang kian gencar.
Stevinus Tiwery, Kepala BPNB Ambon, menyampaikan, prinsip dasar pembangunan kebudayaan Daerah Maluku yang berbasis kepulauan pada umumnya menjadi tantangan tersendiri bagi pelestarian kebudayaan di daerah ini. Tantangan ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah sendiri, namun juga melibatkan seluruh komponen yang berkompoten dalam pelestarian kebudayaan Maluku.
“Sarasehan Budaya Maluku merupakan forum yang menghimpun seluruh stakeholder dalam rangka menjawab tantangan pelestarian kebudayaan di Daerah Maluku,”tandas Tiwery dalam kesempatan itu.
Keinginan lain yang disampaikan bahwa, budaya Maluku harus tetap eksis dan kokoh berdampingan dengan kebudayaan lain di nusantara. Sehingga anak-anak kita tetap memegang jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.Pendekatan budaya dinilai efektif untuk menguatkan jati diri bangsa. Pendekatan budaya juga bisa menjadi sarana efektif untuk merekatkan kembali elemen-elemen masyarakat yang saat ini terkotak-kotak.
Ada pesan yang disampaikan Penjabat Gubernur Maluku, Saut Situmorang melalui staf ahli bidang keuangan, Benny Gasperz. Menurutnya, sarasehan Budaya Maluku menjadi sarana penguatan komunikasi dan silaturahim para seniman dan budayawan. Sarasehan ini harus tetap dihidupkan untuk mewujudkan kesamaan persepsi antar masyarakat maupun lembaga birokrasi pemerintah kota, kabupaten maupun provinsi dalam memperkenalkan budaya lokal.
Sumber: http://www.ambonekspres.com/index.php/aeberita/aepesonamanise/item/3115-peduli-kelestarian-budaya-maluku.html