Adat Istiadat
Warga Lombok Gelar ”Gawe Belek”

MATARAM, KOMPAS — Masyarakat adat Desa Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, bersiap menggelar acara besar (gawe belek), yaitu acara sekali dalam tiga tahun dengan acara pokok khitanan (nyunatang) dan potong rambut bayi (ngurisang). Acara ini dilaksanakan selama seminggu, dimulai Jumat (9/5), diisi berbagai acara kesenian dan hiburan, seperti pembacaan naskah lontar.

”Hari ini (kemarin) dilakukan ritual turun gerantung,” kata Rianom, tokoh adat Bayan yang juga Kepala Bidang Kebudayaan Kantor Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Lombok Utara, di Tanjung, yang dihubungi dari Mataram. Turun gerantung adalah seperangkat alat gamelan yang dimainkan pada acara adat tertentu, seperti maulid adat, termasuk gawe belek.

Gamelan ini disimpan di tempat khusus, yaitu berugak agung (bale-bale) semacam rumah adat di Kampung Bat Orong (Bayan Barat). Acara dilanjutkan dengan jejolo atau kunjungan warga ke rumah empunya acara dengan membawa bahan logistik, seperti beras, ketan, dan kelapa.

Menurut Sawinggih, tokoh adat Bayan, yang bertindak sebagai tuan rumah dalam gawe belek adalah delapan kepala keluarga yang berniat mengkhitan anaknya dan beberapa keluarga yang bermaksud memotong rambut bayinya. Karena itu, acara ini disebut gawe belek (besar), mengingat melibatkan beberapa keluarga yang punya hajat sama dan warga beberapa kampung.

Sebelum acara puncak gawe belek pada 15 Mei 2014, warga sibuk menyiapkan bahan peranti-peranti acara. Misalnya, acara majang, dijadwalkan Minggu (11/5), berupa menghias berugak agung sebagai tempat dilaksanakannya acara inti. Berugak diberi dekorasi, enam tiangnya dibungkus dengan kain tenun adat, sementara langit-langitnya dihiasi dengan kain putih.

Hari Senin (12/5) ada acara mengambil air (ngalu aik) dari empat sumber mata air yang ada di kawasan hutan adat. Air ini diambil langsung oleh setiap pemangku. (RUL)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006535415