BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Tumbuh Bersama Benih Ikan Bandeng

SMK NEGERI 3 BULUKUMBA
Tumbuh Bersama Benih Ikan Bandeng
LUKI AULIA
Ikon konten premium Cetak | 6 Juli 2015

SMK Negeri 3 Bulukumba, Sulawesi Selatan, tumbuh bersama nelayan untuk mengembangkan benih ikan bandeng dan rumput laut. Di lahan seluas 3 hektar, siswa program studi Agribisnis Perikanan membudidayakan ikan bandeng mulai dari benih. Hasilnya bisa dinikmati bersama masyarakat.
Peserta didik kelas XII Program Studi Nautika Kapal Penangkap Ikan di SMK Negeri 3 Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengikuti ujian menentukan daerah tangkapan ikan. Menentukan daerah tangkapan ikan dan penggunaan alat navigasi merupakan dua kompetensi keahlian yang harus dimiliki siswa di jurusan ini.
KOMPAS/LUKI AULIAPeserta didik kelas XII Program Studi Nautika Kapal Penangkap Ikan di SMK Negeri 3 Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengikuti ujian menentukan daerah tangkapan ikan. Menentukan daerah tangkapan ikan dan penggunaan alat navigasi merupakan dua kompetensi keahlian yang harus dimiliki siswa di jurusan ini.

Ikan bandeng dan rumput laut merupakan dua kekuatan produksi perikanan di Bulukumba. Hanya saja, selama ini masyarakat nelayan dan petani rumput laut sebatas menjual hasil perikanan langsung ke pengepul dengan harga murah. Jangankan untung, terkadang hasilnya hanya sebesar uang modal. Ketika membeli ikan bandeng untuk konsumsi, harganya mahal.

Untuk membantu masyarakat, SMK Negeri 3 Bulukumba membudidayakan benih ikan bandeng atau nener. Benih ini dijual ke masyarakat saat berusia dua minggu. Sekolah membeli benih ikan bandeng dengan harga Rp 80 per ekor. Tiga minggu kemudian sekolah menjualnya Rp 110 per ekor. Nener merupakan sebutan untuk ikan yang baru menetas sampai mencapai ukuran panjang tubuh 5 sentimeter hingga 6 sentimeter.

"Masyarakat sering datang membeli benih ikan ke sekolah karena lebih murah daripada di pasar. Padahal, mereka juga punya tambak sendiri. Kami sering kehabisan karena stoknya tidak banyak," kata guru produktif Agribisnis Perikanan, Herman.

Stok benih ikan bandeng terpaksa dibatasi karena sekolah belum mempunyai tambak besar. Kolam pembesaran benih ikan bandeng yang ada hanya cukup untuk praktik. Jika hendak memproduksi ikan dalam jumlah besar, menurut Kepala SMKN 3 Bulukumba Muhammad Ramli, dibutuhkan kolam penyimpanan ikan yang lengkap, mulai dari pembibitan, pendederan, dan pembesaran.

"Meski kami belum punya tambak dan kolam besar, hasil produksi benih dan ikan bandeng sekolah sudah dibawa ke mana-mana, termasuk sampai ke Makassar," kata Ramli.

Untuk sementara ini, sekolah hanya memiliki dua kolam ikan 2 meter x 5 meter untuk membesarkan benih ikan bandeng. Di kolam itu, ditampung sedikitnya 30.000 nener. Menurut Herman, kondisi kolam sekolah masih kurang layak karena tidak dilengkapi dengan sirkulasi air. Selain air yang kerap merembes masuk, kolam itu juga belum memiliki saluran air masuk dan keluar.

"Masih ada 0,5 hektar lahan sekolah yang belum dimanfaatkan. Menurut rencana, kami akan buat tambak dan kolam besar-besar untuk produksi lebih banyak. Tetapi, kami butuh bantuan anggaran dari pemerintah," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana Muhammad Yamin.

Bantuan anggaran dibutuhkan karena kerja sama agrobisnis dengan perusahaan perikanan dinilai tidak mencukupi kebutuhan itu. Untuk memperluas keterampilan siswa, sekolah juga membudidayakan rumput laut dengan menambah nilai jualnya. Selama ini masyarakat menjual hasil rumput laut ke pengepul dengan harga rendah.

"Kami sedang mengembangkan hasil rumput laut yang tidak hanya dijual kering, tetapi berbentuk produk makanan. Meski hanya menjual rumput laut kering, sudah bisa sampai Rp 12.000 per kilogram," kata Ramli.

Nakhoda feri

Sekolah yang berlokasi di Jalan Poros Bira Kilometer 6, Ujung Loe, Salemba, Kabupaten Bulukumba, ini tidak hanya bertumpu pada jurusan Agribisnis Perikanan, tetapi juga bidang lain. Sekolah ini dibuka pada tahun 2005 dengan empat program studi, yakni Agribisnis Perikanan, Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), Teknik Audio-Video, dan Teknik Kendaraan Ringan. Sesuai tuntutan zaman, sekolah ini juga membuka jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.

Sebagai SMK dengan kategori kelautan dan perikanan, sekolah bertumpu pada jurusan NKPI. Untuk mendukung pembelajaran dengan teaching factory, sekolah ini memiliki kapal latih sejak tahun 2011. Namun, saat ini kapal itu sedang berlabuh di belakang halaman sekolah karena tengah diperbaiki. "Perbaikan itu juga termasuk pembelajaran karena murid harus tahu cara memperbaiki kapal dan membersihkan kerang-kerang kecil yang menempel di badan kapal," kata Ketua Jurusan NKPI Ahmad Sukardi.

Para siswa NKPI diajarkan untuk mengoperasikan alat navigasi kapal dan menentukan lokasi penangkapan ikan. Dengan keterampilan tersebut, mayoritas murid jurusan ini bekerja menjadi nakhoda di kapal feri penyeberangan di Pelabuhan Bira dan anak buah kapal asing. Karena semakin banyak lulusan yang bekerja di luar negeri, jumlah pendaftar ke sekolah ini pun meningkat.

Untuk membiasakan murid dengan kondisi laut yang sebenarnya, Ahmad kerap membawa para muridnya melaut di perairan Pulau Selayar. "Satu kali trip dalam kapal butuh enam taruna. Perjalanannya sampai tujuh hari. Dalam satu kali trip itu, anak-anak harus bisa mengoperasikan alat navigasi untuk menentukan ke mana kita harus menangkap ikan. Perhitungannya harus tepat agar tidak tersesat dan bisa menghemat bahan bakar," kata Ahmad.

Khusus untuk jurusan NKPI, setiap peserta didik harus memiliki buku pelaut untuk bisa naik ke kapal. Persoalannya, pengurusan buku pelaut ini membutuhkan biaya besar, yakni Rp 3 juta per peserta didik. Karena tidak memiliki anggaran untuk itu, sekolah terpaksa meminta orangtua memenuhinya. Padahal, mayoritas orangtua siswa di sekolah ini berasal dari keluarga tidak mampu.

"Kami harap pemerintah bisa membantu," ujarnya.

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/06/Tumbuh-Bersama-Benih-Ikan-Bandeng