BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Sakinah Jaya, Dusun Pojok yang Tenteram

KEHIDUPAN WARGA
Sakinah Jaya, Dusun Pojok yang Tenteram
Ikon konten premium Cetak | 15 Juni 2015

Keluar dari jalur Trans Sulawesi di poros Palu-Parigi, keteduhan begitu terasa. Hawa panas sepanjang jalan nasional itu disapu udara sejuk. Kesejukan semakin terasa melewati gapura selamat datang berwarna kuning.

Desa Sakinah Jaya, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, beberapa saat lalu, tampak lengang. Tak ada hilir-mudik sepeda motor di desa berjarak sekitar 2 kilometer dari jalan nasional itu. Sebagian warga berkumpul di bawah pohon mangga di depan rumah masing-masing.

Keberadaan pohon mangga membuat udara sejuk di desa berjarak 17 kilometer dari Parigi, ibu kota Parigi Moutong atau sekitar 65 kilometer dari Palu, ibu kota Sulteng.

Desa tersebut memanjang di jalan aspal sekitar 500 meter. Rumah warga agak berjarak. Jumlah rumah ditaksir sekitar 60 unit yang menjadi tempat berteduh 101 keluarga atau 402 penduduk desa. Dari jumlah itu, 207 orang duduk di bangku SD hingga SMA.

Sakinah Jaya dikenal setelah pecah baku tembak antara tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulteng dengan 12 orang, yang diduga bagian dari kelompok teroris pimpinan Santoso, Jumat (3/4). Baku tembak yang sekitar satu jam menewaskan salah satu anggota kelompok yang diduga kuat Daeng Koro.

Lokasi baku tembak adalah kebun dengan komoditas gabungan berupa cengkeh, kakao, dan rambutan. Daerah tersebut bagian dari pegunungan yang berada tak jauh dari Cagar Alam Pangi Binangga. Sebagian lahan yang kosong ditanami warga dengan cabai, kacang tanah, dan sayuran.

Secara geografis, pegunungan itu merupakan bagian dari bentangan pegunungan yang memanjang dari Poso, termasuk daerah yang selama ini diduga menjadi persembunyian kelompok Santoso. Rangkaian pegunungan berada di sebelah barat kota Parigi. Rangkaian tersebut bersentuhan dengan sejumlah wilayah di Kota Palu, seperti Kelurahan Kayumalue dan Tawaeli, Kecamatan Palu Utara.

Pemekaran

Sakinah Jaya adalah sebuah riwayat nama. Nama itu baru dipakai setelah dimekarkan dari desa induk Pangi pada 2008.

Menurut Sekretaris Desa Sakinah Jaya Hadirun, awalnya desa dengan luas 9 kilometer persegi tersebut bernama Sokinah. Dalam bahasa Kaili Torai, suku yang mendiami desa, sokinah berarti berada di sudut atau pojok. "Pojok kalau diukur dari jalan negara. Dua kilometer dari jalan raya dulu sangat jauh karena tidak ada jalan," ujar Hadirun di Parigi.

Seiring berjalannya waktu, Sokinah tidak lagi berada di pojok. Jalan aspal dikerjakan secara bertahap sampai menjangkau ujung desa pada tahun lalu. Air minum dari Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pansimas) menambah semarak desa. Ada 7 keran didirikan di desa tersebut. Desa makin "modern" dengan masuknya jaringan listrik tahun lalu. Di samping rumah warga, parabola televisi tertancap.

Jauh sedikit di belakang rumah-rumah warga, pohon kelapa menjulang. Komoditas ini menjadi salah satu andalan. Ditaksir luas kebun kelapa 100 hektar. Di pinggir jalan masuk desa yang sudah diaspal, terlihat tenda pemanggangan kopra. Asap juga masih mengepul.

Tak hanya kelapa, desa yang dikepung bukit, punya kakao sebagai barang dagangan. Kebun kakao berjejer di pinggir jalan, selepas dari desa menuju daerah pegunungan di sebelah barat. Kebun kakao warga bertengger di daerah pegunungan yang berbatasan dengan hutan lebat. Cokelat di kebun warga sebagian sudah menguning.

Mangga juga menjadi bagian dari derap nadi kehidupan warga. Kebun mangga berada di radius 2 kilometer. Pada musim panen, akhir hingga awal tahun, mangga dari Desa Sakinah membanjiri Pasar Sentral Parigi.

Untuk memenuhi kebutuhan harian, warga menanam berbagai jenis palawija, antara lain sayur, cabai, dan kacang tanah. Palawija tersebut bertebaran di kaki gunung menuju hutan lebat Cagar Alam Pangi Binangga. Gunung tersebut oleh warga dinamai Puungtana yang secara harfiah berarti pohon tanah.

Seperti dituturkan Hadirun, mengingat potensi yang menjanjikan tersebut, saat dimekarkan warga bersepakat mengganti Sokinah menjadi Sakinah Jaya. Sakinah dalam bahasa Indonesia berarti ketenteraman, ketenangan.

Selain berbagai potensi bumi yang telah mewarnai kehidupan desa dengan satu sekolah dasar dan pos kesehatan tersebut, Sakinah merujuk pada kondisi sosial. Warga desa tidak pernah berkelahi atau beradu otot. Tidak ada percekcokan fisik. "Tidak pernah ada warga kejar-mengejar di jalan dengan parang di tangan," ujar Darwin (41), warga Dusun Satu. Desa itu terdiri atas dua dusun.

Rasanya, kesakinahan desa tidak hanya karena faktor homogenitas, tetapi lebih dari itu. Di tempat lain, kesamaan sering diabaikan. "Kami terbiasa menyelesaikan masalah dengan berkumpul bersama. Semua berdasarkan mufakat," ujar tokoh masyarakat Sakinah Jaya, Salimi (68). (Videlis Jemali)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/06/15/Sakinah-Jaya%2c-Dusun-Pojok-yang-Tenteram

Related-Area: