BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Ruang Pajang Koleksi Sangat Kurang

Museum NTb
Ruang Pajang Koleksi Sangat Kurang

MATARAM, KOMPAS — Hanya 10 persen dari total koleksi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat dapat dipajang karena keterbatasan ruang. Bahkan, papan wariga, alat dan dasar penghitungan kalender suku Sasak, Lombok, belum semuanya dipajang. Padahal, wariga merupakan budaya lokal yang sangat bermakna dan kini makin dilupakan.

”Sisa koleksi menumpuk di gudang, termasuk papan wariga. Kami temukan belasan papan wariga teronggok di gudang dan kotor,” kata Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Mohammad Faozal, di Mataram, Kamis (21/8).

Faozal mengatakan, Museum Negeri NTB belum pernah mendapatkan dana bantuan revitalisasi museum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Faozal mengatakan, sudah saatnya mengajukan proposal bantuan dana guna meningkatkan kualitas museum.

”Kita bisa melihat kecemerlangan orang masa lalu di NTB, misalnya, dari wastra atau tenun Sembalu yang dibuat tahun 60-an dengan pewarna alami yang indah,” papar Faozal.
Warisan wariga

Begitu pula dengan makna mendalam wariga yang ada di museum. Salah satu fungsi wariga adalah untuk menghitung hari dan waktu sesuai dengan gejala alam. Simbol-simbol penghitungan wariga biasanya dituliskan di atas papan.

Direktorat Pembinaan Kepercayaan Kepada Tuhan YME dan Tradisi Kemdikbud menargetkan wariga masuk dalam warisan budaya Nusantara. Direktorat bekerja sama dengan Museum Negeri NTB, akademisi, dan budayawan menggelar program revitalisasi wariga, salah satunya dialog interaktif dengan pelajar SMA se-NTB.

Menurut Kacung Marijan, Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, wariga perlu dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal untuk siswa mulai jenjang SD hingga SMA. ”Kami sedang berdiskusi dengan beberapa daerah untuk membuat modul tentang budaya lokal dari SD sampai SMA,” tuturnya. (IVV)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008451744

Related-Area: