BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Presiden Jokowi Mendengarkan Papua

SISI LAIN ISTANA
Presiden Jokowi Mendengarkan Papua
21 Juli 2015

Sabtu, 27 Desember 2014, Pater Neles Tebay, Koordinator Jaringan Damai Papua dan Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur Abepura, berbicara langsung kepada Presiden Joko Widodo di Sorong.
handining

Pater Neles tidak sendiri. Ia bersama Uskup Jayapura Mgr Leo Taba, Ketua Sinode Gereja Kristen Indonesia Tanah Papua Pendeta Alberth Yoku, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja Kristen di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom.

Kepada Jokowi, Pater Neles mengatakan, banyak orang jika bicara berbagai masalah menyangkut Papua diselimuti pemikiran separatisme. "Bicara soal masalah kesehatan dan pendidikan di Papua dikaitkan dengan separatisme," ujar Pater Neles. "Dialog antara para pemangku kepentingan terhadap Papua adalah cara bagus menyingkirkan selimut itu," kata Neles kepada Jokowi. Reaksi Jokowi terhadap pernyataan ini apa? "Beliau mendengarkan," kata Neles.

Di Merauke, Papua selatan, Mei 2015, Jokowi bicara pembangunan jalan kereta api dan membuka sawah luas di Papua. "Saat itu saya tidak bisa bicara dengan Bapak Presiden Jokowi," kata Pater Neles.

Februari 2015, di Jakarta, Pater Neles bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Pak JK punya banyak pengalaman jadi juru damai di wilayah-wilayah konflik. Tentang Papua, beliau lebih banyak bicara pembangunan ekonomi," kata Neles.

Minggu, 19 Juli 2015, Wolas Krenak, mantan wartawan istana yang kini anggota Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB), mengatakan, untuk membangun manusia Papua yang harus diselesaikan adalah masalah hak asasi manusia (HAM). "Soal ekonomi itu nomor dua," ujar Wolas.

Senin, 20 Juli 2015, kemarin, ketika berbincang-bincang soal insiden Jumat pekan lalu di Kabupaten Tolikara, Papua, Pater Neles mengatakan, "Kita serahkan dan tunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian dan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). "Pater Neles hanya memberikan catatan, "Sikap budaya orang Papua antara lain adalah memegang teguh adat menghormati tempat atau barang yang dikeramatkan, seperti batu besar, pohon besar, sungai, laut, makam, tempat ibadah agama atau kepercayaan apa pun, termasuk gereja, masjid, wihara dan sebagainya."

Anggota Komnas HAM asal Papua, Natalius Pigay juga bicara hal yang sama. "Kami orang Papua percaya tingkah tidak hormat pada hal yang dikeramatkan itu akan menimbulkan bencana bagi kami di Papua," ujarnya sambil siap-siap untuk terbang ke Tolikara.

Selasa, 30 Juni 2015, di Gedung Joeang 45, Jakarta, kelompok Relawan Arus Bawah Jokowi, yang dipelopori Michael Umbas (penulis buku Solusi Jokowi), mengadakan diskusi terbuka dengan tajuk "Pembebasan Tahanan Politik-Narapidana Politik: Resolusi Penyelesaian Masalah Papua".

Diskusi yang antara lain menampilkan pembicara Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya, di salah satu kesimpulannya mengatakan, selama ini pendekatan keamanan yang menurunkan aparat bersenjata dianggap tidak menyelesaikan masalah.

Lumayan juga ada kelompok relawan mengadakan diskusi semacam ini, ketimbang sibuk mengejar calon penyandang dana untuk acara tidak jelas. (J OSDAR)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/21/Presiden-Jokowi-Mendengarkan-Papua

Related-Area: