BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Peristirahatan Terakhir Penjelajah Banda

Memorabilia
Peristirahatan Terakhir Penjelajah Banda

BARISAN nama terpatri di dinding berlapis marmer. Banyak dari pemilik nama itu meninggal sebelum tahu apa yang tengah terjadi. Mereka tenggelam bersama USS Arizona di Pearl Harbour, Hawaii, pada Desember 1941.

Nama mereka diabadikan di Arizona Memorial, monumen untuk mengenang serangan Jepang ke pangkalan Amerika Serikat di Pasifik. Serangan yang menarik AS secara resmi ke dalam Perang Dunia II.

Monumen itu didirikan di atas bangkai USS Arizona, satu dari 21 kapal AS yang ditembak armada Jepang dalam peristiwa itu. ”Ribuan orang meninggal, peristiwa yang mengerikan,” ujar Kary
Goetz, pemandu Arizona Memorial Park, di Pearl Harbour, beberapa waktu lalu.

Tak hanya awak kapal dan seluruh peralatannya terkubur di kapal itu. Hingga kini, diperkirakan 1,5 juta galon minyak masih tersimpan di lambung USS Arizona yang karam di kolam pelabuhan Pearl Harbour itu.

”Cadangan besar, tetapi kami tidak mau mengambilnya. Kami harus membongkar lambung kapal kalau mau mengambilnya. Pembongkaran berarti tidak menghormati kenangan terhadap mereka yang tewas dalam peristiwa itu,” ujar Kary.

Untuk ke monumen itu, pelancong harus naik kapal. Dermaga kapal diakses melalui bioskop mini yang hanya menyajikan film dokumenter peristiwa Desember 1941 itu. Setiap pengunjung yang akan ke monumen, akan melihat film itu. Total waktu kunjungan ke monumen dan untuk menyaksikan film adalah 75 menit. Setiap hari, rangkaian kunjungan dimulai pukul 08.00 dan kunjungan pada 15.00.

Selain ke monumen, pengunjung juga bisa bertandang ke museum. Ada dua jenis museum, berbayar dan gratis. Museum yang gratis terletak di depan bioskop mini. Sementara museum berbayar tersebar di beberapa titik Arizona Memorial Park.

Perang Dingin

Memorabilia di kompleks museum itu didominasi dua tema, yaitu Perang Dunia II dan Perang Dingin. Bahkan, memorabilia Perang Dingin lebih dahulu menyambut pengunjung kompleks museum. Bekas Polaris A-3, rudal balistik yang dikembangkan pada dekade 1960-an dipajang di dekat pintu masuk. Rudal 32 kaki itu dipasang dalam posisi berdiri, seperti tetap siaga walau sudah dipensiunkan sebagai rudal utama Angkatan Laut AS sejak 1971.

”Kita beruntung tidak satu pun dari rudal-rudal itu pernah diluncurkan. Sejarah akan berbeda jika satu saja rudal
pernah diluncurkan di masa mereka aktif,” ujar Hiro, seorang pengunjung.

Kala itu, memang banyak rudal dikembangkan untuk bisa membawa hulu ledak nuklir. Kemampuan hulu ledak terus ditingkatkan hingga berkali lipat dari bom yang menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima. Pada puncak Perang Dingin, jumlah hulu ledak di seluruh Bumi bisa untuk menghancurkan planet ini berkali-kali.

”Saya tidak mengerti, mengapa ada yang mau berlomba (senjata) seperti itu,” ujar pengunjung lain, Willy.

Meski heran, Willy tetap berkeliling dan berfoto di berbagai memorabilia koleksi museum. Tak hanya di dekat rudal, ia juga befoto di dekat sejumlah torpedo. ”Jauh-jauh ke Hawaii, harus punya banyak bukti kenangan,” katanya.

Torpedo-torpedo disebar di dekat rudal. Pengelola museum menyusunnya di tepi lorong yang menghubungkan antarobyek di kompleks museum. Sembari menuju obyek-obyek lain, pengunjung singgah sejenak di dekat torpedo-torpedo itu. Sebagian hanya melihat data berbagai penghancur yang dilepaskan dari bawah permukaan laut itu. Sebagian lagi berfoto dengan berbagai gaya.

Hampir semua koleksi terkait Perang Dingin di museum itu gratis. Berbeda dengan koleksi-koleksi terkait Perang Dunia II. Pelancong harus membeli tiket, baik terusan atau terpisah untuk setiap situs.

Perang Dunia

Ada beberapa situs terkait Perang Dunia II. Selain monumen Arizona Memorial, ada dua kapal dan dua gedung museum. Salah satu museum hanya bisa dimasuki pengunjung bertiket. Di dalamnya, antara lain, dikoleksi koran-koran pada Desember 1941 yang memberitakan seputar serbuan Jepang ke Pearl Harbour dan keputusan Pemerintah AS membalas Jepang.

Tak hanya benda-benda terkait militer saja dipajang di museum itu. Banyak pula benda untuk keperluan sipil dipajang karena terkait peristiwa tersebut.

Bagi mereka yang tidak tertarik masuk museum berbayar, bisa melihat museum gratis di depan bioskop mini. Di sana, pengunjung bisa melihat replika foto seputar serbuan itu. Dipajang pula kronologis sebelum, saat, dan setelah serbuan.

Selain museum berupa gedung, ada pula dua kapal perang yang dijadikan museum yakni USS Missouri dan USS Bowfin. Mereka yang pernah menyaksikan film Battleship, akan mengenali USS Missouri. Dalam film tersebut, kapal kelas Iowa itu dipakai oleh sisa-sisa anggota Armada Pasifik US Navy untuk melawan pasukan alien saat kapal-kapal lain tidak bisa dipakai.

Sebagian lambung kapal perang itu terekam dalam film tersebut. Bagi mereka yang ingin melihat lebih banyak, dapat meniliknya di Pearl Harbour. Sejak 1998, kapal itu resmi dijadikan museum.

Pengunjung dapat pula menilik isi kapal selam USS Bowfin. Kapal kelas Balao itu menghabiskan masa-masa awalnya di kedalaman laut Indonesia Timur. Hilir mudik, kapal itu berkejar-kejaran dengan armada Jepang. Sejumlah kapal-kapal Jepang ditenggelamkan oleh torpedo-torpedonya.

Dari Banda, kapal itu diarahkan ke perairan Korea dan Jepang lalu mendekat ke Hawaii. Setelah puluhan tahun beroperasi di kedalaman laut, kapal itu naik ke permukaan untuk pensiun di Pearl Harbour. Arizona Memorial Park menjadi peristirahatan terakhir kapal selam yang pernah menjelajah perairan Sulawesi hingga Banda itu.
(KRIS R MADA)



Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009822421

Related-Area: