BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pengiriman ke Kampung Terpaksa Dipikul

Distribusi Bantuan Terkendala
Pengiriman ke Kampung Terpaksa Dipikul
26 Juli 2015

KUYAWAGE, KOMPAS — Bantuan bahan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan anak bagi korban bencana cuaca ekstrem di Kabupaten Lanny Jaya, Papua, sudah sampai di sejumlah distrik atau kecamatan dan jumlahnya mencukupi. Meski demikian, distribusi bantuan ke kampung-kampung sulit dilakukan karena tak bisa dijangkau pesawat.
Penduduk Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, menunggu bantuan pangan dan obat-obatan yang hanya bisa didistribusikan menggunakan pesawat, Sabtu (25/7). Penduduk distrik tersebut menjadi korban cuaca ekstrem, yakni suhu turun hingga minus 3 derajat celsius, yang disertai hujan salju sehingga banyak tanaman ubi yang mati dan penduduk kesulitan mendapatkan bahan makanan.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKAPenduduk Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, menunggu bantuan pangan dan obat-obatan yang hanya bisa didistribusikan menggunakan pesawat, Sabtu (25/7). Penduduk distrik tersebut menjadi korban cuaca ekstrem, yakni suhu turun hingga minus 3 derajat celsius, yang disertai hujan salju sehingga banyak tanaman ubi yang mati dan penduduk kesulitan mendapatkan bahan makanan.

Kampung-kampung itu hanya bisa dijangkau helikopter. Namun, karena ketiadaan helikopter, distribusi bantuan ke kampung-kampung yang dilanda bencana cuaca ekstrem terpaksa mengandalkan tenaga angkut manusia dengan dipikul berjalan kaki semalam.

Berdasarkan pemantauan Kompas, bantuan untuk Kabupaten Lanny Jaya antara lain diturunkan di Lapangan Terbang Mume di Distrik Kuyawage. Lokasi ini juga dijadikan tempat pengungsian sementara warga dan posko kesehatan.

Dari Mume, bantuan disalurkan ke kampung-kampung di Distrik Kuyawage (8 kampung) dan Wano Barat (11 kampung). Penyaluran bantuan terpaksa menggunakan tenaga angkut manusia dengan jarak tempuh terjauh sekitar semalaman berjalan kaki.

Dari Distrik Kuyawage ini pula disalurkan bantuan untuk warga distrik tetangga yang masuk wilayah Kabupaten Puncak dan Kabupaten Nduga yang juga terkena bencana cuaca ekstrem.

Untuk mencapai Lapangan Terbang Mume tidak mudah karena lokasinya di tengah pegunungan dan sering terhadang cuaca ekstrem. Ketua DPRD Lanny Jaya Terius Yigibalom dan empat anggotanya yang Sabtu (25/7) siang menggunakan pesawat carter jenis Cassa, misalnya, harus terbang berputar-putar mencari celah awan untuk mendarat di Lapangan Terbang Mume.
KABUPATEN LANNY JAYA
Dibentuk:

4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
Ibu Kota:

Tiom
Terdiri atas 10 distrik:

Tiom, Pirime, Makki, Gamelia, Dimba, Tiomneri, Melagineri, Balingga, Kuyawage, dan Poga.
Luas wilayah keseluruhan:

± 2.248 km2
Jumlah Penduduk:

182.754 jiwa (2014)

 
Sumber: Litbang ”Kompas”/DEW, disarikan dari laman papua.go.id dan pemberitaan ”Kompas”

 

Saat mendarat dan bertemu dengan warga yang mengungsi, pertemuan hanya bisa berlangsung sekitar 20 menit karena hujan mulai turun dan awan semakin pekat. Kondisi ini tidak memungkinkan bagi rombongan untuk bertahan lebih lama.

Diangkut manusia

Ketiadaan helikopter juga menyebabkan bantuan untuk korban bencana cuaca ekstrem di Distrik Goa Balim didistribusikan menggunakan tenaga angkut manusia. Untuk distrik ini, bantuan diangkut melalui jalan darat dari Tiom, ibu kota Lanny Jaya.

Sesampainya di Goa Balim, bantuan didistribusikan ke tujuh kampung yang dilanda cuaca ekstrem dengan cara dipikul berjalan kaki menyusuri bukit.

”Warga mengusulkan agar ada helikopter untuk mendistribusikan bantuan. Usul ini akan kami sampaikan kepada bupati,” kata Terius Yigibalom.
Penduduk distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Sabtu (25/7), menunggu distribusi bantuan datang di tepi landasan terbang.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Penduduk distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Sabtu (25/7), menunggu distribusi bantuan datang di tepi landasan terbang.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Sekretaris Kabupaten Lanny Jaya Christian Sohilait sependapat bahwa helikopter akan memudahkan distribusi bantuan. ”Jika dengan cara sekarang, bantuan mencukupi dan sudah disalurkan ke kampung. Akan tetapi, kami tidak tahu kebutuhan lainnya di kampung-kampung tersebut,” ujarnya.

Menurut data yang diterimanya, warga di tiga distrik yang terkena bencana berjumlah 2.700 keluarga atau 21.000 jiwa. Sejak 20 hari bencana terjadi, pihaknya telah mengirim 11 ton beras, 550 karton mi instan, 250 karton minyak goreng, garam, ubi, petatas, selimut, dan berbagai kebutuhan anak-anak.

Ubi membusuk

Dari pantauan udara, butiran es atau salju sudah tidak tampak lagi. Di darat, sebagian besar tanaman ubi di ladang berwarna kecoklatan.

Bencana cuaca ekstrem di Pegunungan Tengah Papua ini terjadi pada 1-10 Juli dan puncaknya 3 Juli. Saat itu, seharian, tiga distrik dilanda hujan dan suhu turun hingga minus 3 derajat celsius. Esok pagi harinya, tanaman tertutup embun membeku yang tampak seperti salju.

Saat siang hari, es mencair serta tumbuhan menjadi layu. Kondisi itu mengakibatkan gagal panen dan sebagian besar ubi yang merupakan makanan pokok warga membusuk sehingga warga kelaparan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Didi Agus Prihatno mengatakan, pihaknya akan menghentikan pengiriman bantuan untuk sementara karena jumlahnya telah mencukupi. Menggunakan pesawat carter Susi Air, bantuan sudah disalurkan ke Kabupaten Lanny Jaya, Puncak, dan Nduga. Pihaknya akan mengevaluasi penyaluran bantuan serta kebutuhan lainnya masyarakat. (ICH/LUK/FLO)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/26/Distribusi-Bantuan-Terkendala

Related-Area: