BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Penetapan Toraja Butuh Sinergi

warisan budaya
Penetapan Toraja Butuh Sinergi

JAKARTA, KOMPAS — Sejak tahun 2004, Toraja sudah masuk dalam daftar nomine warisan budaya dunia karena memiliki lanskap budaya yang sangat lengkap. Namun, meski telah 10 tahun diusulkan, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa belum juga menetapkan kawasan itu sebagai warisan budaya dunia.

Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Untoro Dradjat mengatakan, sebelum dimekarkan menjadi dua kabupaten, Tana Toraja dan Toraja Utara, enam tahun lalu, Tana Toraja tercatat dalam daftar nomine warisan budaya dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) Nomor C1038.

”Toraja merupakan warisan budaya yang memiliki nilai universal luar biasa bagi umat manusia. Tempat ini memiliki keragaman budaya yang lengkap, mulai dari permukiman, hutan bambu, sawah, tempat penggembalaan, pemakaman,     hingga tempat pertemuan,” papar dia, Kamis (14/8), di Jakarta.

Sampai sekarang, sudah ada 13 situs dan benda bersejarah Toraja yang diusulkan menjadi warisan budaya dunia. Enam di antaranya berada di Kabupaten Toraja Utara dan tujuh lainnya di Tana Toraja.

Menurut Hari, UNESCO masih akan mengecek apakah warisan ini bisa diteruskan atau dilestarikan ke depan. Oleh karena itu, penetapan ini membutuhkan dukungan masyarakat dan sinergi yang kuat dari berbagai pihak. Hal tersebut karena ciri kebudayaan adalah terus-menerus diteruskan oleh masyarakat, bukan hanya warisan fisiknya saja, melainkan juga warisan nilai-nilainya.

”Sepuluh tahun menunggu penetapan UNESCO sebenarnya terlalu lama. Kendala penetapan Toraja sebagai warisan budaya dunia, antara lain, adalah kurangnya manajemen dan perencanaan ke depan,” ungkap dia.

Hari mencontohkan, saat ini banyak tongkonan atau rumah adat Toraja yang bagian atapnya tidak lagi terbuat dari ijuk dan bambu, tetapi diganti dengan seng. Selain itu, hutan bambu yang dulu banyak ditemukan di Toraja kini telah banyak berkurang.

Ketua Adat Kesu’ Layuk Sarungallo mengungkapkan, sebelum dimekarkan menjadi dua kabupaten, Toraja terdiri atas 32 subetnis. Sebanyak 19 subetnis sekarang tinggal di Tana Toraja dan 13 subetnis lainnya di Toraja Utara. ”Meski telah terpisah secara wilayah administratif, orang Toraja Utara dan Tana Toraja adalah satu suku, yaitu Toraja,” ucap dia. (ABK)




Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008332873

Related-Area: