BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Pendangkalan Danau Tempe Semakin Parah

Lingkungan
Pendangkalan Danau Tempe Semakin Parah

MAKASSAR, KOMPAS — Pendangkalan Danau Tempe di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, kian parah. Kerusakan di wilayah hulu sungai menyebabkan air dari sejumlah sungai besar dan kecil yang masuk ke danau purbakala ini membawa serta sedimen. Pemerintah beberapa kabupaten di Sulsel, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat diminta turun tangan agar banjir di daerah sekitar Danau Tempe tidak terus-menerus terjadi.

”Danau Tempe semestinya tak hanya menjadi persoalan Kabupaten Wajo, tetapi juga kabupaten lain yang aliran sungainya masuk ke danau. Setiap tahun, daerah sekitar danau pasti banjir. Jika tak ditangani, banjir tahunan itu akan terus terjadi,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wajo Alamsyah, Selasa (17/6).

Menurut Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Wajo A Firmansyah, beberapa sungai besar, seperti Sungai Walanae, Bila, dan Saddan, mengalirkan air ke Danau Tempe. Selain itu, masih ada puluhan sungai kecil. Sungai itu berada di wilayah Kabupaten Enrekang, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Maros, dan Bone. Umumnya wilayah tangkapan air di sekitar sungai itu terbuka sehingga air lebih banyak mengalir ke danau ketimbang meresap. Sementara arus keluar air melalui Sungai Bila di Wajo dan Sungai Cenrana di Bone menuju Teluk Bone kini mengecil,

”Belum ada data pasti jumlah sedimen yang masuk ke Danau Tempe. Sebagai gambaran, dalam keadaan normal, luas sungai itu 10.000 hektar. Namun, jika banjir, luas sungai itu menjadi 30.000 hektar. Jika musim kering, luas sungai itu bahkan hanya 1.000 hektar,” ungkap dia.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Sulsel A Hasbi Nur, di Makassar, mengatakan, provinsi itu menghadapi persoalan lingkungan terkait pendangkalan Danau Tempe dan kerusakan daerah aliran sungai. Danau Tempe adalah salah satu danau purbakala di Sulsel dengan bentuk cawan.

Namun, akibat pendangkalan, bentuk danau itu kini tidak lagi seperti cawan. Sebagian wilayah danau menjadi daratan dan area pertanian. Bahkan, pada musim kemarau, orang bisa berjalan kaki di sejumlah bagian danau. Pendangkalan mengakibatkan jenis burung dan ikan endemik Danau Tempe terancam punah.

”Ada dua kepentingan dalam persoalan ini, yakni menjaga danau tetap ada dan menanggulangi pendangkalan akibat kerusakan wilayah hulu. Untuk mempertahankan muka air danau, sudah dibangun bendung gerak yang berfungsi mempertahankan ketinggian air pada kisaran 5 meter sampai 6 meter. Bendung itu bukan solusi penanganan banjir. Untuk soal banjir, solusinya adalah memperbaiki daerah hulu,” tutur Firmansyah.

Bendung gerak dibuat menggunakan dana APBN Rp 170 miliar dan selesai tahun 2013. Saat ini sedang disiapkan tanggul penahan atau pengalihan aliran air sungai ke danau. (REN)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007316479