Pemda Papua dan WWF Indonesia Bangun Pusat Belajar Konservasi
Reporter: Moh Khory Alfarizi
Editor: Amri Mahbub
Jumat, 10 Agustus 2018 15:58 WIB
TEMPO.CO, Sentani - Pemerintah Papua dan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia meresmikan Pusat Belajar Konservasi dan Ekologi di komplek Kantor WWF Indonesia Program Papua, Kampung Sereh, Sentani, Papua.
"Masyarakat Papua perlu mendapat pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya alam dan konservasi. Sehingga bisa menjaga kekayaan alam Papua dan mendapat manfaat yang besar bagi kemakmuran orang Papua sendiri," ujar Staf Ahli Gubernur Papua Ani Rumbiak, dalam keterangan tertulis, 8 Agustus 2018.
Pusat Belajar ini merupakan pusat pendidikan lingkungan hidup yang terbuka untuk umum. Masyarakat bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat pengalaman menarik melalui praktik langsung baik di dalam maupun di luar ruang.
Aneka aktivitas juga bisa diikuti, seperti berkebun dan mengidentifikasi tumbuhan hutan, membuat kertas daur ulang, mempelajari skema kerja panel surya, laboratorium air tawar dan pengetahuan-pengetahuan konservasi lainnya.
"Di Learning Center ini, kita bisa belajar bagaimana melestarikan bumi dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan kita di lingkungan rumah dan sekolah. Bahkan sampai bagaimana kita harus berbisnis yang baik agar sumber daya alam tetap terjaga," tambah Ani yang mewakili Gubernur Papua itu.
Learning Center juga menjadi pusat pengembangan kapasitas serta pembelajaran komunitas dan kelompok dampingan WWF Indonesia. Kegiatannya seperti pemetaan partisipatif, sistem informasi geografis dan penginderaan jarak jauh.
Menurut CEO WWF Indonesia Rizal Malik, kegiatan yang dilakukan WWF Indonesia di Papua merupakan bentuk komitmen untuk menyiapkan generasi penerus dengan kepekaan terhadap lingkungan. "Ini akan meningkatkan kepekaan pengetahuan dan komitmen dalam menjaga Papua, sebagai surga kecil yang jatuh ke Bumi," kata Rizal.
Gedung Holey Narey menjadi gedung keempat yang baru dibangun dalam komplek kantor WWF Indonesia di Sentani. Nama Holey Narey berasal dari bahasa Sentani, dan diberikan oleh Bapak Amos Ondi, kepala suku atau Ondoafi, sekaligus tokoh masyarakat adat Kampung Sereh. Holey berarti lingkungan hidup yang baik dan nyaman, sedangkan Narey berarti makhluk hidup yang tinggal di lingkungan tersebut.
Selain sebagai Learning Center, gedung juga memiliki ruang pertemuan Kima berkapasitas 100 orang dan ruang Echidna berkapasitas 30 orang, sementara sebagian gedung dijadikan ruang kerja bagi sekitar 30 orang karyawan. Gedung Holey Narey juga menerapkan prinsip-prinsip green building antara lain dalam penggunaan energi, pemanfaatan kertas dan meminimalkan jumlah sampah dan limbah. "Hal ini juga membuktikan kepada pemerintah daerah, masyarakat dan publik, bahwa WWF memiliki komitmen jangka panjang di Tanah Papua," lanjut Rizal.
- Log in to post comments