BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Papua Siap Bangun ”Smelter”

Pertambangan
Papua Siap Bangun ”Smelter”

JAYAPURA, KOMPAS — Gubernur Papua Lukas Enembe menyatakan, pihaknya siap membangun smelter atau pengolahan konsentrat mineral yang dihasilkan PT Freeport Indonesia. Lokasi industri itu direncanakan di Kabupaten Mimika.

”Walaupun pemerintah pusat mendukung pembangunan smelter di luar Papua, kami akan menghadirkan pabrik itu dengan menggunakan dana sendiri. Freeport wajib menggunakan fasilitas milik kami demi meningkatkan pemasukan anggaran pemda dan membuka lapangan kerja masyarakat setempat,” kata Lukas di Jayapura, Minggu (16/11).

Sejak 1997, PT Freeport Indonesia yang beroperasi di Tembagapura mengirimkan 45 persen dari 2,9 juta ton konsentrat per tahun ke industri smelter di Gresik, Jawa Timur. Sisa konsentrat dikirim ke Tiongkok, India, Jepang, Filipina, dan Spanyol.

Pengolahan konsentrat tidak hanya menghasilkan emas, perak, dan tembaga. Ada dua limbah bernilai ekonomis tinggi, yaitu slack untuk bahan semen dan gas sulfur dioksida yang diolah menjadi belerang untuk pupuk.

Gubernur menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bank Goldman Sachs asal Amerika Serikat sebagai penyalur dana dalam pembangunan smelter. Kehadiran industri smelter turut disertai pembangunan pabrik semen, pembangkit listrik, dan pupuk. Upaya pembangunan industri secara terintegrasi dinilai sebagai solusi mengangkat Papua keluar dari masalah kemiskinan karena tingginya biaya hidup.

”Percuma saja pemerintah memberikan banyak dana kepada kami. Namun, 70 persen dana itu habis untuk belanja bahan bangunan dan kebutuhan pokok di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Karena itu, Presiden Joko Widodo patut memikirkan kebijakan yang mengakomodasi hadirnya sentra-sentra produksi di Papua,” ujarnya.

Senior Vice President Geoservice PT Freeport Indonesia Wahyu Sunyoto mengatakan, pihaknya otomatis akan mengelola konsentrat di smelter yang berlokasi Papua. Namun, pemda harus menyediakan tenaga listrik minimal di atas 150 megawatt dan lahan seluas 100 hektar untuk lokasi industri smelter, beserta industri pendukung lainnya untuk mengolah gas SO2 dan cairan asam sulfat.

”Industri smelter harus berdekatan dengan pantai. Kondisi infrastruktur jalan di Papua belum dapat dilalui truk-truk. Pengiriman konsentrat dapat melalui kapal,” katanya. (FLO)




Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010140756

Related-Area: