Mansetus
Mendekatkan Layanan Kesehatan bagi Warga
KHAERUL ANWAR
30 Desember 2015
Sepeda motor menjadi kendaraan sangat penting di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Salah satunya digunakan untuk mendekatkan layanan kesehatan bagi masyarakat di pedesaan. Hanya saja, bidan dan tenaga kesehatan, sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, umumnya tidak diberi sepeda motor oleh instansinya untuk mendukung pekerjaan mereka.
KOMPAS/KHAERUL ANWAR
Namun, Mansetus Kalimantan Balawala (42) punya terobosan untuk mengatasi persoalan itu. Lewat program Manajemen Sarana Transportasi Pengelolaan Kerusakan Minimum (Zero Breakdown Motorcycle), yang diimplementasikan melalui pinjam-pakai sepeda motor kepada bidan dan tenaga kesehatan di pedesaan, mata rantai kendala layanan kesehatan itu bisa diputus.
Ide tersebut muncul, kata Ketua Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) yang bermarkas di Larantuka, ibu kota Flores Timur ini, dari tingginya kematian bayi dan ibu melahirkan yang umumnya karena perdarahan (eklamsia).
Kematian terjadi karena ibu hamil terlambat mendapat pertolongan bidan dan tenaga kesehatan yang terkendala topografi wilayah kabupaten itu yang berbukit/bergunung. Hubungan warga antardesa ditempuh berjalan kaki melalui medan yang sulit dilalui.
Di kabupaten berpenduduk 134.879 jiwa (2014) itu, sarana dan fasilitas transportasi amat terbatas. Angkutan umum, seperti mobil bak terbuka dan truk, hanya ada pada hari pasaran.
"Apabila ada pasien sakit dan perlu segera mendapat pertolongan, tidak bisa dibawa segera hari itu. Pasien harus menunggu hari pasaran," katanya.
Cari donatur
Mansetus menjawab persoalan itu dengan sepeda motor. Ia menjalin hubungan dengan Simon Millward, seorang pengelana asal Inggris, yang gemar berkeliling ke sejumlah negara sekaligus menggalang dana untuk disumbangkan bagi kalangan tidak mampu. Simon memberinya 11 sepeda motor pada 2002 sebagai "modal awal".
Sepeda motor itu dipinjampakaikan kepada bidan dan tenaga kesehatan yang semuanya pegawai negeri sipil. Sebagai "aturan main", YKS dan pemegang sepeda motor harus menerapkan sistem pengelolaan kerusakan minimal. Maksudnya, sepeda motor itu diservis secara berkala. Dengan cara ini, sepeda motor selalu siap pakai selama 24 jam.
Perawatan dan penggantian suku cadang ditangani montir dan bengkel milik YKS. Adapun biaya pelayanan dan pembuatan surat izin mengemudi (SIM) ditanggung pemegang sepeda motor. Pemegang sepeda motor juga diberi pelatihan montir dasar agar bisa menangani sendiri jika motor mengalami kerusakan kecil. Dengan perlakuan demikian, para pemakai sangat terbantu ketika menjalankan tugasnya di lapangan.
Disepakati pula, aspek pelayanan kesehatan menjadi "harga mati" sekaligus prasyarat penggunaan sepeda motor. Jika melanggar aturan itu, penggunaan sepeda motor akan dicabut serta diambil alih oleh bidan dan tenaga kesehatan lain.
Aturan tersebut dijalankan secara nyata terhadap tiga pemakai yang dicabut sepeda motornya. Pasalnya, dua sepeda motor ringsek setelah masing-masing menabrak pohon serta seekor kuda dan mereka tidak melaporkannya. Satu pengguna memakai sepeda motor tersebut untuk pulang kampung selama berhari-hari.
Kerusakan itu tidak dilaporkan kepada Mansetus mungkin karena yang bersangkutan takut dan malu melaporkan. Padahal, kerusakan kecil sepeda motor harus dilaporkan agar sepeda motor segera diperbaiki sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan.
Terlibat
Dalam pelayanan kesehatan itu, Mansetus bersama bidan dan petugas kesehatan, empat kali seminggu, turun lapangan untuk kegiatan penyuluhan, posyandu, pemeriksaan ibu hamil dan bayi, imunisasi, serta mendistribusikan obat-obatan dengan menggunakan sepeda motor. Dari 21 kecamatan di Flores Timur, yang menjadi sasaran utama pelayanan adalah Kecamatan Ile Mandiri, Adonara Barat, Solor Barat, dan Lewolema. Pasalnya, tingkat kesehatan penduduk di empat kecamatan ini adalah yang terparah di Flores Timur.
Warga cukup antusias menyambut program ini. Mereka selalu menunggu petugas kesehatan datang sehingga warga tidak perlu keluar ongkos atau berjalan kaki cukup jauh untuk ke puskesmas atau rumah sakit di kota guna memeriksakan kesehatan. Jarak puskesmas dan rumah sakit cukup jauh dari desa mereka.
Misalnya, puskesmas terdekat dari Desa Tagawati berada di Desa Waipukang yang berjarak sekitar 30 kilometer dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Begitu pun perjalanan dari Lewoleba, ibu kota Lembata, ke Larantuka ditempuh empat jam dengan perahu motor.
Meski sarana prasarana transportasi dan kesehatan di wilayah semakin baik sejak 2005, transportasi tetap menjadi persoalan.
"Saat ini ada rumah sakit di Lembata, tetapi pasien yang memerlukan perawatan serius harus dirujuk ke rumah sakit di Larantuka yang memiliki fasilitas dan peralatan lebih lengkap," katanya.
Setelah program YKS bersama bidan, tenaga kesehatan, dan kader kesehatan berjalan selama 13 tahun, hasilnya mulai terlihat. Hal ini terindikasi dari empat kecamatan yang kondisi kesehatan penduduknya terburuk. Selama Januari sampai awal Desember 2015, tidak ditemukan lagi kasus kematian ibu melahirkan dan kematian bayi. Kondisi ini amat berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2000 saat ada 25 kasus kematian ibu, 77 kematian bayi, dan 97 kasus kematian anak.
Peran Mansetus kini mengundang perhatian donatur yang ditunjukkan dengan dukungan berupa sumbangan sepeda motor. Tercatat Ausaid menyumbang 2 sepeda motor; Motor Cycle Outreat, Inggris, memberikan 2 sepeda motor; dan PT Astra International Tbk memberikan bantuan 3 sepeda motor Honda Revo. Saat ini, dari 11 sepeda motor di awal program berjalan, hanya 3 sepeda motor yang "sehat". Sisanya sudah dilelang karena tidak layak lagi menempuh medan berat.
Hasil lelang sepeda motor itu dipergunakan untuk biaya operasional. Selama ini, biaya operasional bersumber dari penjualan onderdil sepeda motor yang penjualannya dititipkan kepada penjual onderdil sepeda motor.
Karena perannya itu, Mansetus tercatat sebagai penerima "SATU Indonesia Award" 2010 dari PT Astra International Tbk.
Sampai kapan Mansetus melakoni pekerjaannya? Ia menjawab, "Ya, seterusnya. Saya berpedoman pada ajaran kitab suci bahwa barang siapa yang berbuat paling indah untuk saudara-saudaraku, maka ia telah berbuat untuk Aku (Tuhan)."
Mansetus Kalimantan
Lahir: Holoriang, Lembata, NTT, 5 Juni 1973
Istri: Yosefina Oeng
Anak: Maria Floresti Ata Balawala (8)
Orangtua: Siprianus Gesi-Fransiska Leteku
Pendidikan:- SDN Inpres Olorian (1986)- SMPN Ileape (1989)- SMA Kawula Karya Lewotobi (1993)- Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana, Kupang (1998)
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/12/30/Mendekatkan-Layanan-Kesehatan-bagi-Warga
- Log in to post comments
- 153 reads