BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Krisis Suplai, Sulsel Rawan Defisit Listrik

energi
Krisis Suplai, Sulsel Rawan Defisit Listrik
Ikon konten premium Cetak | 2 Februari 2016 Ikon jumlah hit 93 dibaca Ikon komentar 0 komentar

MAKASSAR, KOMPAS — Sulawesi Selatan dan Barat saat ini mengalami defisit listrik sebesar 60 megawatt akibat kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeneponto dan anjloknya pasokan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air Poso. Cadangan listrik yang dimiliki PLN saat ini tak cukup untuk menutupi kekurangan pasokan.

General Manager PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat Wasito Adi di Makassar, Senin (1/2), mengatakan, kerusakan PLTU Jeneponto milik Bosowa Corporation menyebabkan pasokan sebesar 100 megawatt (MW) untuk wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) putus sejak Sabtu (30/1). Kehilangan 100 MW daya akibat rusaknya PLTU Jeneponto itu seharusnya dapat teratasi dengan cadangan listrik dari pembangkit lain. PLN memiliki total pasokan daya sebesar 1.100 MW dengan beban puncak di wilayah Sulselbar sebesar 980 MW.

Namun, dalam kondisi musim hujan yang belum maksimal ini, menurut dia, sejumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memasok listrik ke PLN tak dapat beroperasi maksimal, salah satunya PLTA Poso. "Debit air yang masih minim saat ini membuat PLTA Poso hanya dapat memproduksi 80 MW dari kemampuan maksimal 195 MW," kata Wasito.

Kurang 60 MW

Dua kondisi itu membuat PLN saat ini mengalami defisit listrik sebesar 60 MW. PLN pun harus melakukan pemadaman bergilir untuk sejumlah wilayah saat beban puncak sejak Sabtu. Hingga Senin, upaya perbaikan PLTU Jeneponto masih terus dilakukan oleh Bosowa yang direncanakan kembali berfungsi normal pada Selasa (2/2) ini.

Wasito mengakui, musim hujan yang belum maksimal ini memunculkan kerawanan pasokan listrik bagi PLN yang mengandalkan 350 MW sumber listriknya dari PLTA. "Untuk mengantisipasi masalah ini terulang lagi, kami akan mengupayakan penambahan daya dari pembangkit lain," katanya.

Wasito mengatakan, tahun ini pihaknya akan mempercepat penambahan daya sebesar 150 MW dari pembangkit berbahan bakar gas. Ada pula rencana pembangunan dua pembangkit besar berkapasitas masing-masing 450 MW yang juga berbahan bakar gas. Selain untuk memperkuat cadangan, tambahan pasokan diperlukan karena pertumbuhan permintaan listrik di Sulselbar mencapai 11 persen per tahun.

Sementara itu, kondisi defisit listrik dikeluhkan dunia usaha di Makassar. Direktur PT Kawasan Industri Makassar (Kima) Abdul Muis mengatakan, aktivitas produksi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kima terganggu sejak seringnya terjadi pemadaman listrik. "Jangankan mati listrik, listrik berkedip saja dapat menghentikan mesin-mesin produksi," ujar Abdul.

Saat ini terdapat 175 perusahaan yang beroperasi di Kima di mana sebagian besar merupakan industri manufaktur yang sangat bergantung pada listrik.

Ia pun berharap PLN dapat memastikan kondisi seperti itu tak terjadi lagi. Selain merugikan dunia usaha, Abdul menambahkan, masalah tersebut dapat berpotensi membuat calon-calon investor enggan berinvestasi di Sulsel. (ENG)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/02/02/Krisis-Suplai-Sulsel-Rawan-Defisit-Listrik

Related-Area: