BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Keterisolasian Seko di Luwu Utara Mulai Dibuka

Pembangunan Daerah
Keterisolasian Seko di Luwu Utara Mulai Dibuka

MASAMBA, KOMPAS — Akses masyarakat terpencil di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mulai terbuka dengan dunia luar setelah dibukanya jalan darat yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Selama ini, wilayah itu hanya bisa dicapai dengan sepeda motor atau pesawat terbang perintis.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Senin (3/11), mengunjungi ke Kecamatan Seko dan Rampi, dua daerah terisolasi di Luwu Utara. Seko berjarak 135 kilometer dari Masamba, ibu kota Luwu Utara. Adapun Rampi 80 km dari Masamba.

Bupati Luwu Utara Arifin Junaidi mengatakan, sejak Indonesia merdeka 69 tahun lalu, baru sebulan lalu kendaraan roda empat bisa tembus ke Seko. Itu terwujud menyusul selesainya pembukaan jalan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.

Sebelum ini masyarakat mengandalkan jalur rintisan yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Pada musim kemarau, Masamba- Seko ditempuh tujuh jam, tetapi pada musim hujan perjalanan bisa 1-2 hari.

Alternatif lain menggunakan penerbangan perintis yang beroperasi empat kali seminggu. Rute Masamba-Seko dilayani maskapai Aviastar dengan pesawat Twin Otter berkapasitas 17 penumpang. Harga tiket yang masih disubsidi Pemerintah Kabupaten Luwu Utara yakni Rp 250.000 per orang.

Terbukanya jalur darat itu memberi efek positif bagi perekonomian masyarakat, seperti turunnya biaya logistik. ”Sebelum jalur mobil dibuka, harga semen di Seko Rp 250.000 per zak, sekarang turun menjadi Rp 120.000 per zak,” kata Arifin.

Gubernur Sulsel mengatakan, pihaknya secara bertahap akan meningkatkan kualitas ruas jalan Masamba-Seko agar akses bisa lebih cepat dan baik. Saat ini, jalan tersebut masih berupa jalur tanah yang tidak bisa dilalui pada musim hujan. ”Tahun depan akan dilakukan pengerasan di sebagian titik,” ujarnya.

Sementara itu, di Kecamatan Rampi, jalan belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Masyarakat masih mengandalkan kendaraan roda dua. ”Telah menjadi kebutuhan dan kerinduan kami sejak lama, lepas dari keterisolasian ini,” kata Ketua Lembaga Adat Rampi Paulus Sigi. (ENG)



Sumber http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009875650

Related-Area: