Jam Pelayaran Dibatasi
Kesyahbandaran Ambon Berlakukan Sistem Buka Tutup
MAKASSAR, KOMPAS — Cuaca buruk yang masih melanda wilayah perairan barat dan selatan Sulawesi Selatan membuat Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulsel, membatasi aktivitas pelayaran warga. Hal itu demi menghindari risiko terjadinya kecelakaan di laut.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) Syafei Yasin, Minggu (10/8), mengatakan pihaknya mengeluarkan imbauan kepada warga di seluruh pulau agar tidak berlayar di atas pukul 11.00. ”Kondisi cuaca di laut pada siang hingga sore hari rawan,” kata Syafei.
Imbauan berlaku untuk warga kepulauan yang rata-rata memiliki perahu motor atau kapal kecil sebagai sarana utama mobilitas antarpulau. Pangkep memiliki empat kecamatan wilayah kepulauan yang terdiri dari 117 pulau, yakni Liukang Tupabiring, Liukang Tupabiring Utara, Liukang Tangaya, dan Liukang Kalmas.
Pulau-pulau itu tersebar di Selat Makassar hingga berbatasan dengan Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan Selatan. Warga di kepulauan setiap hari juga mengandalkan transportasi laut untuk berbelanja kebutuhan hidup di Pangkajene, ibu kota kabupaten terletak di daratan utama Pulau Sulawesi.
Syafei mengatakan, imbauan tidak berlayar ke Pangkajene di atas pukul 11.00 hanya berlaku bagi warga kepulauan yang jarak tempuhnya berkisar 2-3 jam. Adapun untuk wilayah kepulauan yang jauh, seperti Liukang Kalmas, diimbau tidak melakukan pelayaran sama sekali ke Pangkajene. ”Untuk transportasi di wilayah itu masih bisa dilayani oleh kapal-kapal besar. Warga juga sudah menumpuk stok kebutuhan hidup sebelum musim cuaca buruk ini,” ujar Syafei.
Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar, gelombang setinggi 2-3 meter diperkirakan masih melanda sejumlah wilayah perairan di Sulsel, di antaranya Selat Makassar bagian tengah, perairan barat Sulsel, perairan Kepulauan Selayar, dan Teluk Bone bagian selatan. Khusus untuk Selat Makassar bagian selatan, BMKG memprediksi tinggi gelombang laut pada 11-12 Agustus mencapai 3-4 meter.
Aktivitas pelayaran di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, yang sempat ditutup beberapa hari lalu akibat cuaca buruk telah kembali normal. ”Sejak 7 Agustus lalu, aktivitas pelayaran berjalan seperti biasa lagi,” kata Kepala Polres Kepulauan Selayar Ajun Komisaris Besar M Hidayat.
Gelombang tinggi yang melanda Kepulauan Selayar pada 30 Juli menyebabkan sebuah kapal yang mengangkut 52 orang terbalik. Empat orang tewas dan empat orang hilang. Adapun 44 penumpang lainnya selamat.
Gelombang tinggi di perairan Maluku juga belum reda. Kantor kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Ambon memberlakukan sistem buka tutup bagi pelayaran dari Ambon menuju sejumlah pulau di Provinsi Maluku.
Menurut pantauan di Pelabuhan Slamet Riyadi, Kota Ambon, Minggu, kapal-kapal kayu, feri, dan kapal cepat tidak beroperasi. Sejumlah kapal itu melayani pelayaran dari Ambon ke Pulau Seram dan Pulau Buru.
”Cuaca belum baik sehingga kami memberlakukan sistem buka tutup. Saat cuaca sedikit membaik, kami izin tetapi kalau ada prakiraan gelombang tinggi segera kami hentikan. Ini demi keselamatan pelayaran,” kata Abdul Muis Marasabessy, Kepala Bidang Keselamatan Berlayar, Patroli, dan Penjagaan Kantor Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Ambon.
Sistem buka tutup itu hanya berlaku untuk kapal dengan bobot mati di atas 600 gros ton (GT), sedangkan kapal kayu yang umumnya berkapasitas di bawah 20 GT tidak diizinkan sampai akhir pekan ini. Demi keselamatan pelayaran, otoritas pelabuhan meminta setiap kapal agar dilengkapi dengan peralatan untuk mendeteksi kondisi cuaca di sekitar kapal ketika sedang dalam pelayaran.
Cuaca di perairan selatan Jawa juga masih buruk. Bahkan, hingga sepekan ke depan, tinggi gelombang laut diperkirakan masih 3 sampai 4 meter. Akibatnya, para nelayan masih kesulitan mencari ikan di laut lepas. ”Sampai sekarang, tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa masih tinggi. Kondisi ini diperkirakan bertahan sampai tujuh hari ke depan,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya, Minggu, di Yogyakarta. (ENG/HRS/FRN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008269083
- Log in to post comments
- 246 reads