BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kembangkan Udang dengan Teknologi Supraintensif

Budidaya
Kembangkan Udang dengan Teknologi Supraintensif

PALU, KOMPAS — Swasta berminat mengembangkan budidaya udang dengan teknologi supraintensif yang selama ini hanya digeluti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan. Teknologi itu merupakan lompatan untuk meningkatkan produksi udang budidaya sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.

”Ini teknologi canggih yang harus disikapi dengan serius. Besok kami akan rapat untuk memperjelas implementasinya. Tahun depan dipastikan kami sudah punya aksi di lapangan,” kata Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Kota Palu Faizal Khan di sela-sela pemanenan udang putih (vaname) produksi tambak teknologi supraintensif di Kelurahan Mamboro, Palu, Rabu (26/11).

Hadir dalam acara itu Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo, serta Wali Kota Palu Rusdy Mastura.

Budidaya udang supraintensif memadukan pertambakan bersih, ramah lingkungan, teknologi supermodern. Bahkan, budidaya ini bisa dikontrol dengan perangkat teknologi, seperti telepon pintar. Teknologi ini ditemukan dan dikembangkan Hasanuddin.

Produksi tambak tersebut sangat menjanjikan. Tambak di Mamboro dengan luas 400 meter persegi, misalnya, dalam 100 hari dengan benih 400.000 udang, pembudidaya bisa memanen sebanyak tiga siklus. Pada panenan pertama, produksi mencapai 1,35 ton udang. Kemarin, dipanen sekitar dua ton dan pada 6 Desember nanti diperkirakan panen 2 ton lagi. Setidaknya, didapat Rp 350 juta dalam rentang 100 hari. Investasi usaha ini sekitar Rp 500 juta.

Faizal tidak menyebut berapa pengusaha yang memastikan mengembangkan budidaya itu. ”Ini akan dilakukan perorangan. Nanti dijadikan percontohan untuk teman-teman mengembangkannya. Kami berkomitmen mengembangkan inovasi ini, yang keuntungannya bisa dikalkulasi serta mendatangkan pendapatan bagi daerah,” ujarnya.
Cepat kembali

Gubernur Longki Djanggola meminta pihak swasta menggarap serius budidaya udang itu. Investasi memang besar, tetapi pengembalian modalnya cukup cepat. ”Kami juga telah menginstruksikan pemerintah kabupaten mengembangkan budidayaitu. Mumpung percontohannya dan hasilnya sudah ada, kita harus lipat gandakan,” katanya.

Terkait permodalan, ujar Rusdy Mastura, pengusaha dapat bermitra dengan pemerintah untuk mendapatkan modal di Bank Indonesia. Pihaknya bisa memberikan jaminan.

Sementara Hasanuddin Atjo menyebutkan, pengusaha tidak perlu risau terkait tenaga teknis yang mengoperasikan tambak. Saat ini banyak sekolah menengah perikanan yang menghasilkan tenaga terampil. ”Untuk Sulteng, kami bersama Bank Indonesia dan Kadin mengagendakan pencetakan operator dan calon pengusaha. Ini tenaga yang disiapkan untuk mengoperasikan teknologi ini,” ujarnya.

Selain di Mamboro, budidaya udang ini dikembangkan di Parigi Moutong dan Donggala, serta masih di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng. Pemerintah kabupaten belum menggarap teknologi ini. Dari pihak swasta, baru dua orang yang mulai mengembangkan budidaya udang supraintensif. (VDL)



Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010344742

Related-Area: