BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kematian Ikan akibat Limbah Pertanian

Lingkungan
Kematian Ikan akibat Limbah Pertanian

MAKASSAR, KOMPAS — Kematian massal ikan dan biota Sungai Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu, disinyalir merupakan dampak turunan akibat tercemarnya sungai oleh pupuk dari lahan-lahan pertanian. Pemerintah setempat pun direkomendasikan untuk mengendalikan pencemaran tersebut agar kejadian serupa tak terulang lagi.

Demikian dikatakan Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Sulawesi dan Maluku Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Darhamsyah, Rabu (19/11). Dia mengatakan, pihaknya telah meneliti sampel dari sungai tersebut. Hasilnya menunjukkan, kadar oksigen terlarut dalam air saat kejadian sangat rendah, yakni hanya 0,1 miligram per liter.

”Padahal, idealnya untuk menunjang kehidupan biota sungai, kadar oksigen harus di atas 5 miligram per liter,” ujar Darhamsyah. Minimnya kadar oksigen itulah yang menyebabkan kematian puluhan ribu ikan dan biota lainnya di sungai yang membelah ibu kota Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) tersebut pada 8 November.

Darhamsyah mengatakan, kadar oksigen anjlok karena terjadi pembusukan (dekomposisi) alga jenis Trichodesmium yang mengalami perkembangan (blooming) populasi di sungai tersebut. Pertumbuhan alga dipicu tingginya kandungan fosfat, nitrogen, dan amoniak yang terakumulasi di sungai.

Dia menduga, tingginya kandungan ketiga unsur tersebut bisa jadi berasal dari pupuk yang digunakan di tambak-tambak dan sawah-sawah yang terbawa ke dalam aliran sungai lalu terakumulasi. Ketiga unsur itu merupakan bahan utama pembuat pupuk. ”Hal itu dikuatkan dengan keterangan warga yang mencium bau seperti karang mati saat kejadian,” katanya.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Pangkep Sabrun Jamil mengatakan, pihaknya belum memperoleh laporan hasil penyelidikan yang dilakukan sejumlah instansi tersebut. ”Kami menunggu hasil penelitian sebelum bisa mengambil kesimpulan,” ujarnya.

Selain oleh Pusat Pengelolaan Ekoregion Sulawesi dan Maluku Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampel ikan, air, dan sedimen sungai juga diperiksa oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau di Maros dan Takalar, Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan di Makassar, serta Laboratorium Kesehatan Ikan di Pangkep.

Sabrun mengatakan, petambak di Pangkep memang menggunakan pupuk dalam budidaya ikan di tambak. (ENG)


Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010197915

Related-Area: