BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kelaparan di Tengah Musim Panen

KETERSEDIAAN PANGAN
Kelaparan di Tengah Musim Panen
Ikon konten premium Cetak | 13 Juni 2015

SOE, KOMPAS — Kelaparan melanda sebagian warga tiga kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Kelaparan terjadi saat daerah lain di provinsi itu sedang musim panen padi.

Puncak kemarau disertai ancaman rawan pangan, pun biasanya terjadi setiap memasuki bulan Agustus-November.

Pemerintah harus mencari terobosan, sehingga warga memiliki penghasilan tetap sepanjang musim kemarau ini. Bantuan pemerintah berupa distribusi beras sebanyak 50 ton untuk warga di tiga kecamatan itu sifatnya sementara.

Frater Adnan Berkanis dari Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi Desa Tuaneke, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan, 30 kilometer dari Soe, Jumat (12/6), mengatakan, saat ini para petani di sejumlah daerah di NTT sedang ramai melakukan panen padi, sementara panen jagung telah selesai dilakukan, April-Mei.

"Tetapi di Kecamatan Kualin, Kotolin, dan Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, sedang dilanda kelaparan. Kelaparan itu terjadi pada titik-titik tertentu, tetapi sangat serius, dan perlu disikapi segera semua pihak terutama oleh pemda. Petani setempat gagal panen, karena hujan hanya turun empat kali. Tanaman apa pun tidak bisa tumbuh dan berbuah di wilayah itu," katanya.

Kelaparan seperti ini biasanya terjadi pada puncak kemarau, yakni Agustus-November. Saat itu warga mengonsumsi biji asam, sagu dari batang gewang (sejenis palem), dan jenis makanan lokal lain yang dapat dikonsumsi.

Petani sudah mengantisipasi dengan berbagai kegiatan guna menghidupi keluarga. Karena itu kelaparan yang dialami warga di tiga kecamatan sangat serius.

Ia minta pemerintah mencari terobosan guna mengatasi kelaparan di Timor Tengah Selatan. Lima bulan ke depan, kasus kelaparan dan kekeringan di daerah itu semakin parah. Masyarakat harus diberdayakan, dengan berbagai program yang membuat masyarakat mandiri, memanfaatkan potensi dan sumber daya alam yang ada.

"Pemerintah bisa membuat sumur bor di pekarangan rumah warga, agar bisa mendorong mereka memanfaatkan air itu untuk menanam sayur dan buah-buahan. Hal ini sangat mungkin dilakukan sehingga mereka tidak semata-mata bergantung pada bantuan beras pemerintah," kata Berkanis.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Timor Tengah Selatan, Ony Atupah, mengatakan, pihaknya telah memanfaatkan beras cadangan sebanyak 50 ton untuk didistribusikan kepada warga yang sedang mengalami kelaparan. Beras itu didistribusikan 3-5 Juni lalu dan sudah diterima masyarakat melalui kepala desa.

Tidak semua desa di tiga kecamatan itu mendapat bantuan. Beras itu hanya didistribusikan kepada keluarga yang mengalami kesulitan pangan, sesuai data dari kepala desa masing-masing. Bantuan sementara disalurkan kepada 5.532 keluarga. Setiap keluarga mendapatkan beras sebanyak 20 kilogram.

"Pemda masih punya stok 50 ton beras, dan sesuai rencana akan didistribusikan Agustus-September, sesuai kondisi pangan warga. Jika beras cadangan habis, kami akan minta beras cadangan milik pemprov sebanyak 200 ton," kata Atupah.

Ansel Nubuasa (54), warga Tuaneke, Kecamatan Kualin, mengatakan, warga tidak hanya kesulitan pangan, tetapi juga air bersih. Saat ini warga harus membeli air yang dijual dari Soe melalui mobil tangki seharga Rp 200.000.

Karena itu, ia meminta kepada pemerintah agar membangun sumur bor di setiap RT sehingga warga dapat memanfaatkannya untuk minum, mandi, mencuci, dan memasak. (KOR)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/06/13/Kelaparan-di-Tengah-Musim-Panen

Related-Area: