BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kekeringan Melanda NTT

Kekeringan Melanda NTT
POS KUPANG.COM, BETUN -- Vinsensia Seuk dan Luis Soares di Petani Jagung di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka mengatakan, tanaman jagung yang mereka tanam usia pendek dengan harapan bisa digunakan selain konsumsi juga untuk bibit. Namun, fakta yang terjadi jagung tetap tumbuh tetapi hasilnya jauh dari harapan. Bulir jagung besar, isinya tidak ada.
"Mau harap apa kalau kelihatan dari luar bulirnya besar, tapi isinya seperti orang tua yang gigi ompong. Kami  tahun ini pasti kelaparan. Kalau hujan turun seperti ini jangan harap hasil jagung membaik. Lahan jagung yang kering coba pantau semua, sama seperti ini. Tanah sudah retak-retak. Untung masih ada pisang, ubi dan kelapa. Kami  jual ke pasar, dapat uang bisa beli beras," tutur Vinsensia Seuk dan Luis Soares.
Keduanya menjelaskan, beberapa waktu lalu tim dari Kecamatan Malaka Barat dan tim dari Pemkab Malaka sudah memantau di lapangan. Tim menyampaikan agar petani bersabar karena masih ada hujan. Bahkan disampaikan kalau titik sumber air ada, namun tidak dimanfaatkan.
"Kami mau tanya, sumber air di titik mana. Air itu hanya adanya di DAS Benenain dan wilayah kami jauh dari DAS tentu tidak bisa diharapkan. Lain halnya kalau dibangun tanggul ke lahan persawahan, maka sawah yang ada bisa digenangi air. Kami memang hanya bisa pasrah, namanya juga alam punya mau," kata Luis.
Salah satu tokoh masyarakat di Besikama, Kornelis Muti Taru mengatakan, sejak November 2013 petani sudah mengungkapkan kepasrahan mereka atas kondisi alam yang ekstrem. Padahal, pengalaman tahun-tahun sebelumnya, memasuki Oktober biasanya Malaka sudah dilanda banjir Benenain.
"Ini saya omong pengalaman. Kalau tahun-tahun sebelumnya biasanya masuk Oktober sudah banjir. Petani juga sudah makan jagung muda umur pendek. Sekarang ini, sudah Maret 2014. Memang betul, di Malaka dua bulan ini tidak hujan. Panasnya minta ampun. Sekarang padi dan jagung di sawah sudah kering. Warga yang tinggal di bantaran Sungai Benenain masih ada harapan karena mereka bisa ambil air kali untuk siram tanaman. Tapi kami yang tinggal jauh dari kali mau harap air dari mana. Kami sudah pasrah pada alam. Kalau beberapa bulan ke depan tidak hujan, pasti terjadi ancaman kelaparan," ujar Muti Taru,  mantan anggota DPRD Belu ini.*

POS KUPANG.COM, BETUN -- Vinsensia Seuk dan Luis Soares di Petani Jagung di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka mengatakan, tanaman jagung yang mereka tanam usia pendek dengan harapan bisa digunakan selain konsumsi juga untuk bibit. Namun, fakta yang terjadi jagung tetap tumbuh tetapi hasilnya jauh dari harapan. Bulir jagung besar, isinya tidak ada.
"Mau harap apa kalau kelihatan dari luar bulirnya besar, tapi isinya seperti orang tua yang gigi ompong. Kami  tahun ini pasti kelaparan. Kalau hujan turun seperti ini jangan harap hasil jagung membaik. Lahan jagung yang kering coba pantau semua, sama seperti ini. Tanah sudah retak-retak. Untung masih ada pisang, ubi dan kelapa. Kami  jual ke pasar, dapat uang bisa beli beras," tutur Vinsensia Seuk dan Luis Soares.

Keduanya menjelaskan, beberapa waktu lalu tim dari Kecamatan Malaka Barat dan tim dari Pemkab Malaka sudah memantau di lapangan. Tim menyampaikan agar petani bersabar karena masih ada hujan. Bahkan disampaikan kalau titik sumber air ada, namun tidak dimanfaatkan.

"Kami mau tanya, sumber air di titik mana. Air itu hanya adanya di DAS Benenain dan wilayah kami jauh dari DAS tentu tidak bisa diharapkan. Lain halnya kalau dibangun tanggul ke lahan persawahan, maka sawah yang ada bisa digenangi air. Kami memang hanya bisa pasrah, namanya juga alam punya mau," kata Luis.

Salah satu tokoh masyarakat di Besikama, Kornelis Muti Taru mengatakan, sejak November 2013 petani sudah mengungkapkan kepasrahan mereka atas kondisi alam yang ekstrem. Padahal, pengalaman tahun-tahun sebelumnya, memasuki Oktober biasanya Malaka sudah dilanda banjir Benenain.

"Ini saya omong pengalaman. Kalau tahun-tahun sebelumnya biasanya masuk Oktober sudah banjir. Petani juga sudah makan jagung muda umur pendek. Sekarang ini, sudah Maret 2014. Memang betul, di Malaka dua bulan ini tidak hujan. Panasnya minta ampun. Sekarang padi dan jagung di sawah sudah kering. Warga yang tinggal di bantaran Sungai Benenain masih ada harapan karena mereka bisa ambil air kali untuk siram tanaman. Tapi kami yang tinggal jauh dari kali mau harap air dari mana. Kami sudah pasrah pada alam. Kalau beberapa bulan ke depan tidak hujan, pasti terjadi ancaman kelaparan," ujar Muti Taru,  mantan anggota DPRD Belu ini.*

Sumber: http://kupang.tribunnews.com/2014/03/09/kami-pasrah-sejak-november