BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Kejayaan Teluk Amurang

Potensi Kelautan
Kejayaan Teluk Amurang

MASIH lekat di ingatan Raymond Legi (63) lalu lalang kapal pengangkut kopra dan cengkeh menyibukkan hari-hari di pesisir Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, awal 1970-an. Pelabuhan itu juga menjadi tempat sandar dan bongkar muat ribuan perahu nelayan. Namun, pembangunan Pelabuhan Bitung membuat Amurang lambat laun terlupakan.

Sampai tahun 1975-an, Pelabuhan Amurang ramai. Banyak kapal besar mengangkut hasil bumi untuk dijual ke Kalimantan, Jawa, bahkan hingga Filipina,” ujar Raymond, pengusaha olahan kopra di Amurang, Selasa (19/8).

Kapal-kapal itu langsung bersandar di depan Pasar Amurang. Di sekitar pasar terdapat bekas gudang penampungan kopra yang cukup besar. Gudang itu dulu digunakan untuk menyimpan hasil kopra petani sebelum dikirim ke sejumlah wilayah melalui Pelabuhan Amurang.

Kejayaan Pelabuhan Amurang diyakini berlangsung sejak 1512, saat Portugis membangun benteng di pesisir Amurang. Benteng itu masih dapat dilihat di dalam kompleks Pasar Amurang. Pelabuhan dibangun untuk memperlancar jalur perdagangan kopra dan rempah-rempah yang terhubung dengan Ternate, Banda, dan Ambon di Maluku.

”Sayangnya sejak memasuki sekitar tahun 1980-an aktivitas di pelabuhan berangsur-angsur turun,” ujar Gino Rumokoy (46), anggota Komisi B DPRD Kabupaten Minahasa Selatan.

Kemegahan Teluk Amurang sejak itu nyaris tak terlihat hingga akhirnya Amurang menjadi ibu kota Minahasa Selatan, kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Minahasa. Teluk Amurang kembali mendapat perhatian.

Sejak 2008, Pelabuhan Penyeberangan Amurang dihidupkan kembali, termasuk pelabuhan perikanan. Pemandangan laut pun langsung bisa disaksikan dari jalur trans-Sulawesi, di daerah Mobongo.

Keindahan Teluk Amurang dengan simpanan potensi kelautan dan perikanan itu jugalah yang jadi pemandangan peserta Kompas Jelajah Sepeda Manado-Makassar 2014, Selasa (19/8). Pada etape kedua, tim sepeda menempuh perjalanan 114 kilometer, mulai dari kantor Bupati Minahasa Selatan di Amurang menuju Lolak, ibu kota Kabupaten Bolaang Mongondow.

Pada awal perjalanan, setelah melewati kawasan pertokoan Amurang, peserta dimanjakan lanskap tepi pantai dengan jajaran pohon kelapa. Kontur jalan yang tidak terlalu ekstrem dengan variasi tanjakan dan turunan yang sepadan membuat peserta bersemangat mengayuh sepeda. Saat melewati tanjakan seperti lambaian pita di daerah Kecamatan Tenga, peserta ditantang mengatur konsentrasi bersepeda.

Selepas itu peserta disuguhi pemandangan pantai yang bersih dari Desa Sapa hingga Ongkaw, Sinonsayang, hingga selepas perbatasan Minahasa-Bolaang Mongondow, pemandangan pantai indah masih dinikmati pesepeda. ”Pantainya indah. Bagus juga kalau dibuat wisata kampung nelayan dengan pasar ikan segar. Orang yang melintas jalan ini bisa makan ikan langsung dari laut,” kata Suparman (64), peserta jelajah sepeda asal Jakarta.

Namun, begitu memasuki Bolaang Mongondow, peserta menjalani rute lebih ekstrem. Angin bertiup kencang dari selatan saat mereka menyusuri pesisir utara Sulawesi. ”Anginnya kencang banget. Kecepatan sepeda yang semestinya bisa dipacu 22 kilometer per jam, hanya melaju 17 kilometer per jam. Jalur naik-turun dengan banyak tikungan curam membuat perjuangan lebih berat,” ujar Agung Hartanto, road captain Jelajah Sepeda Manado-Makassar.

Seperti halnya peserta jelajah sepeda yang dihadang terpaan angin menuju Lolak, begitu pula asa Kabupaten Minahasa Selatan mengembalikan kejayaan baharinya. Sejak pemerintah membangun pelabuhan baru di Bitung tahun 1975, kejayaan Amurang memudar. Kapal niaga beralih berlabuh di pelabuhan yang berjarak sekitar 80 km dari Amurang itu.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Minahasa Selatan Sonny Makaenas menyebutkan, besarnya potensi perikanan yang belum dapat dimanfaatkan mendorong pemerintah kabupaten setempat berniat mengembangkan dermaga Pelabuhan Amurang. Sejak 2008-2012 dibangun pelabuhan umum, perikanan, dan transportasi.

Sekretaris Daerah Minahasa Selatan Danny Rindengan mengatakan, program pengembangan Pelabuhan Amurang terhambat karena keterbatasan anggaran.
(gregorius Magnus Finesso/Dahlia Irawati/ Sonya H Sinombor)




Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008415573

Related-Area: