BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Hentikan Intervensi yang Menabrak Kearifan Lokal

DIVERSIFIKASI PANGAN
Hentikan Intervensi yang Menabrak Kearifan Lokal
Ikon konten premium Cetak | 3 Juli 2015

KUPANG, KOMPAS — Program swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo diharapkan agar tidak menepikan pangan nonberas, yang sejak lama bertahan dan diandalkan di sejumlah daerah melalui kearifan lokal. Sudah waktunya pemerintah menghentikan kebijakan pangan yang seragam berusaha meningkatkan produksi beras, karena menabrak kearifan lokal.

Hal itu dikatakan Fred L Benu, ahli lahan kering yang juga Rektor Universitas Negeri Nusa Cendana (Undana) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (2/7). "Program swasembada pangan itu jangan memaksakan peningkatan produksi beras di seluruh daerah. Program itu harus sekaligus mendorong diversifikasi pangan. Banyak daerah, seperti NTT, yang sejak lama mengandalkan berbagai jenis pangan lokal, seperti jagung, umbian, dan kacang-kacangan," kata Fred Benu, yang didampingi Dekan Fakultas Kedokteran Undana AA Heru Tjahyono dan ahli kesehatan masyarakat Boby Koamesah. Harian Kompas dan Undana berencana menggelar diskusi terkait kerawanan pangan dan gizi buruk di NTT, Sabtu mendatang, di Kampus Undana.

Menurut Fred Benu, NTT sesuai karakter daerah sejak lama dikenal sebagai penghasil jagung. Sejak lama pula warga, terutama di desa, mengandalkan jagung sebagai bahan pangan utama yang diolah menjadi nasi jagung, putak dari olahan sari gewang (sebangsa palem), dan jagung kemangi, yakni dari campuran jagung, labu, kacang, marungge (daun kelor), dan kemangi.

"Dari sisi kandungan gizi, pangan lokal seperti jagung kemangi, ditambah lauk ikan, lebih unggul daripada nasi beras," ujar Heru Tjahyono.

Fred Benu, Heru Tjahyono, dan Boby Koamesah, menyayangkan berbagai pangan lokal yang kian langka. Kelangkaan itu disebabkan kebijakan pemerintah yang menepikannya. (ans)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/03/Hentikan-Intervensi-yang-Menabrak-Kearifan-Lokal

Related-Area: