Oleh REGINA RUKMORINI
Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, berharap bisa dapatkan lisensi pengembangan rempah. Dari lisensi ini diharapkan rempah bisa memberikan kontribusi pada pendapatan daerah.
HALMAHERA UTARA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, menyambut baik setiap riset atau penelitian yang dilakukan terkait rempah. Hasil riset diharapkan berdampak positif menjadi bekal bagi Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara agar bisa mengantongi lisensi pengembangan rempah.
”Dengan mengantongi lisensi atau semacam hak paten, barulah kami bisa berharap rempah bisa mendatangkan pendapatan untuk kas daerah,” ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Utara Erasmus J Papilaya saat membuka Festival Kala Hara, Kamis (3/8/2023) petang. Jenis rempah unggulan Kabupaten Halmahera Utara adalah pala dukono.
Erasmus mengatakan, pihaknya membutuhkan bantuan dari pihak lain karena pemanfaatan dan pengolahan pala terbilang masih minim. Sebagian besar warga hanya sebatas menjual mentah pala hasil panen. Baru sebagian kecil orang yang mengolah dan menjualnya sebagai minyak asiri. Oleh karena itu, kontribusi pala terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sulit dihitung karena terbilang masih sangat kecil.
Pemanfaatan kebun-kebun pala sebagai obyek kunjungan wisata jalur rempah juga belum berjalan maksimal, di mana baru sebagian turis yang berinisiatif sendiri melakukan kunjungan langsung ke kebun-kebun warga. Adapun Pemkab Halmahera Utara baru sebatas berupaya merancang konsep ekowisata pala.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Arie Sujito, mengatakan, UGM sudah menandatangani nota kesepahaman dengan sejumlah universitas di Kabupaten Halmahera Utara untuk melakukan pengembangan rempah. Kerja sama ini dinilai penting dilakukan untuk bersama-sama mengangkat potensi yang ada di daerah.
”Kerja-kerja kolaborasi semacam ini akan terus kami lanjutkan sebagai bagian dari komitmen kami untuk bersama-sama untuk negara,” ujarnya. Kerja kolaborasi semacam ini juga dilakukan dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang sudah dimulai sejak lima tahun lalu.
Di Kabupaten Halmahera Utara, pengolahan pala sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu. Namun, dari temuan di lapangan, inovasi pengolahan tersebut tetap membutuhkan sentuhan atau keterlibatan dari pihak lain.
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa Universitas Halmahera, Johanis Wairata, mengatakan, dia dan mahasiswa mencoba mengolah pala. Rempah itu diolah menjadi sabun, minyak, lilin aroma terapi dan nutmeg butter, yang biasanya menjadi bahan campuran kosmetik pemutih wajah. Produk ini merupakan hasil dari riset yang dilakukan internal Universitas Halmahera selama lima bulan terakhir.
Johanis mengatakan, komoditas pala memiliki beragam variasi aroma dan rasa, tergantung jenis tanah tempat tanaman tersebut tumbuh. ”Tanah di desa-desa di Kabupaten Halmahera Utara memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga membuat tanaman pala yang tumbuh demikian bervariasi. Karena demikian banyaknya, kami sendiri tidak bisa menghitung berapa jenis pala yang tumbuh di Kabupaten Halmahera Utara,” ujarnya.
Candrika, mahasiswa peserta KKN-PPM Kolaborasi UGM, Universitas Khairun, dan Universitas Halmahera, mengatakan, di Desa Gorua Selatan, Kecamatan Tobelo Utara, Halmahera Utara, dia dan rekan-rekannya mencoba mengajak warga untuk bersama-sama mengolah pala menjadi sejumlah produk. Namun, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.
”Banyak warga enggan mengolah pala. Mereka lebih memilih menjual pala begitu saja karena memang sudah terbiasa melakukannya selama bertahun-tahun,” ujarnya.
Namun, ada sebagian warga yang mulai tergerak melakukannya. Di Desa Gorua Selatan, mahasiswa bersama warga sudah berhasil membuat sejumlah produk olahan pala berupa selai, minyak, bubuk, pupuk organik, dan ecoenzym.
Editor:
MOHAMAD FINAL DAENG
- Log in to post comments