Vulkanologi
Gunung Gamalama Meletus
AMBON, KOMPAS — Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis (18/12) sekitar pukul 22.40 WIT, meletus dengan menyemburkan abu vulkanik setinggi 2.000 meter dari puncaknya. Akibat letusan itu, semalam Kota Ternate dan sekitarnya dihujani abu.
Namun, warga belum ada yang mengungsi karena masih memercayai letusan gunung berketinggian 1.715 meter itu belum membahayakan. Walaupun demikian, mereka tetap waspada.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Utara Ridwan Saban, yang dihubungi dari Ambon, Maluku, Kamis malam, menjelaskan, kondisi gunung masih pada level Waspada. ”Sampai saat ini, seluruh Kota Ternate masih diguyur hujan abu. Kami mengimbau warga tetap waspada,” katanya.
Ridwan menyebutkan, dua kecamatan yang terkena abu paling parah adalah Kecamatan Pulau Ternate dan Ternate Utara. Di dua kecamatan itu terdapat 10 desa, yang berada di bagian selatan gunung.
”Kami belum bisa mendapatkan informasi apakah letusan itu akan mengganggu penerbangan atau tidak,” ujarnya.
Arif, warga setempat, mengatakan, semua warga panik. Mereka tak mendengar suara gemuruh atau letusan. ”Tiba-tiba saja hujan abu. Semua warga panik,” katanya.
Status siaga
Di Jakarta, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono menyatakan, saat ini Gunung Gamalama ditingkatkan statusnya menjadi Siaga. Gunung Gamalama pernah meletus pada tahun 2012.
Sebelum terjadi letusan, gempa terjadi di daerah itu pada pukul 19.30 waktu setempat. Intensitas gempa makin tinggi dan mulai meningkat tajam pada pukul 22.09. Kemudian, terjadi letusan Gunung Gamalama pada pukul 22.44 hingga ketinggian 2.000 meter dari puncak gunung.
Meski demikian, sejauh ini belum ada instruksi untuk evakuasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah itu. Permukiman penduduk di daerah itu terletak antara 3 kilometer hingga 6 kilometer dari puncak Gunung Gamalama.
”Warga belum sampai harus mengungsi. Bahayanya masih kecil, kemungkinan terjadi hujan abu di daerah Ternate,” ujarnya.
Namun, di daerah itu terdapat bandar udara yang berada dekat dengan Gunung Gamalama. Jika ketinggian semburan abu vulkanik lebih dari 2.000 meter dan ada angin kencang, hal tersebut dikhawatirkan mengganggu penerbangan sehingga jalur transportasi udara bisa lumpuh.
Surono menjelaskan, Gunung Gamalama termasuk gunung api aktif yang eksplosif. Untuk itu, pihaknya telah merekomendasikan pemindahan ibu kota Ternate ke tempat lain. Atas rekomendasi itu, pemerintah setempat telah memindahkan ibu kota Ternate ke Sofifi di Pulau Halmahera. Meski demikian, Ternate termasuk daerah padat penduduk sehingga tidak mudah memindahkannya. (AIK/EVY/FRN)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010786372
- Log in to post comments
- 324 reads