Cuaca Buruk
Gelombang Laut di Maluku 5 Meter
AMBON, KOMPAS — Angin kencang yang menghantam wilayah Maluku menyebabkan gelombang laut di perairan setempat meningkat hingga 5 meter. Itu sebabnya semua pelayaran di kawasan tersebut dihentikan sejak Sabtu hingga Minggu. Kebijakan tersebut demi keselamatan pelayaran.
Peringatan tersebut dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon pada Sabtu (1/2). Tinggi gelombang maksimal 3 meter berpeluang terjadi di Perairan Ambon, Laut Seram, Selat Manipa, dan Laut Buru. Tinggi gelombang maksimal 4 meter berpeluang terjadi di Laut Banda, Perairan Kai, dan Laut Aru. Adapun tinggi gelombang 5 meter berpeluang terjadi di Perairan Tanimbar, Perairan Maluku Tenggara Barat, Perairan Maluku Barat Daya, dan Laut Arafura.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura George Mahubessy mengatakan, angin kencang tersebut merupakan dampak dari badai tropis yang terjadi di bagian utara Benua Australia. Kecepatan di wilayah itu perlahan meningkat hingga menembus 30 kilometer per jam. Adapun kecepatan di pusat badai melebihi 50 kilometer per jam.
Edi Sarbunan (33), warga Kota Tual, saat dihubungi dari Ambon menuturkan, tinggi gelombang di wilayah Maluku Tenggara bahkan mencapai 6 meter. ”Di sini, kapal-kapal semua tidak jalan. Masyarakat berharap agar ada kapal yang lebih besar yang disiapkan pemerintah sehingga saat musim seperti ini masyarakat bisa tertolong. Tiap tahun seperti ini terus,” ujar Edi.
Mulai berlayar
Sebaliknya, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Barat sudah berkurang menjadi 2,5 meter. Untuk itu, Kesyahbandaran Pontianak mengizinkan pelayaran dari Pontianak ke sejumlah daerah, antara lain Jakarta dan Sumatera. Distribusi barang antarpulau pun kembali lancar.
”Kami sudah mengizinkan kapal berlayar sejak 25 Januari meskipun baru ke Jakarta dan Sumatera yang kami perbolehkan. Adapun ke daerah Surabaya hanya kapal ukuran 3.000 gross ton ke atas yang boleh. Sebab, tinggi ombak masih mencapai 4 meter,” ujar Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Pelabuhan Pontianak, Suhardi, Sabtu, di Pontianak, Kalimantan Barat.
Aktivitas di Pelabuhan Pontianak, baik untuk bongkar-muat barang maupun untuk angkutan penumpang, sudah kembali lancar. Transportasi kapal cepat yang menghubungkan Pontianak dengan Kabupaten Ketapang, misalnya, yang sempat terhenti selama sekitar dua minggu sekarang sudah normal.
”Kapal cepat angkutan penumpang yang semula sempat tertahan di Ketapang sudah kembali berlayar sejak 27 Januari dari Ketapang ke Pontianak. Kami berharap cuaca ini tetap baik sehingga pelayaran dari dan ke Pontianak terus berjalan normal,” ujar Kepala Kesyahbandaran Pelabuhan Pontianak Muhamad Kamil.
Harga melambung
Mansyur Sulisa (34), distributor di Pulau Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Maluku, mengatakan, harga barang kebutuhan pokok, terutama beras dan minyak goreng, naik. Harga beras Rp 11.000 per kilogram (kg) menjadi 12.000 per kg. Adapun harga minyak goreng 5 liter naik Rp 5.000 jadi Rp 100.000. ”Barang di sana (Pulau Ambalau) sudah menipis jadi semakin susah. Saya sendiri sudah tertahan di Ambon selama lima hari,” ujar Mansyur.
Harga sejumlah komoditas di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga belum stabil akibat ketinggian ombak di Laut Jawa yang 3 meter-4 meter. Pemantauan Kompas di Pasar Besar dan Pasar Kahayan, Palangkaraya, Sabtu, harga wortel yang biasanya Rp 15.000 per kg meroket menjadi Rp 30.000. Begitu pula kentang menjadi Rp 25.000 per kg dari yang hanya Rp 14.000. ”Wortel dan kentang didatangkan dari Pulau Jawa. Saat ini diangkut menggunakan pesawat sehingga harganya mahal,” kata Novi (40), salah satu pedagang sayur di Pasar Kahayan.
Harga daging ayam dan telur ayam juga mengalami kenaikan. Harga ayam potong saat ini menjadi Rp 32.000 per kg. Padahal, seminggu lalu masih Rp 30.000. Demikian juga harga telur ukuran besar Rp 1.700 per butir, naik Rp 100 per butir.
”Bahan-bahan makanan di Palangkaraya umumnya dipasok dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan wilayah lain di Pulau Jawa. Jika pasokan dari Pulau Jawa terganggu, stok menjadi terbatas sebab hanya mengandalkan dari Banjarmasin. Ini yang menyebabkan sebagian harga bahan makanan di Palangkaraya naik tajam. Pada saat yang sama permintaan dari konsumen tetap tinggi,” kata Samawi (33), pedagang telur di Pasar Kahayan.
(DKA/FRN/ESA)
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004514606
- Log in to post comments
- 64 reads