BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Forum Ekonomi Dunia Tepat untuk Perkenalkan Indonesia

Investasi Tetap Perlu
Forum Ekonomi Dunia Tepat untuk Perkenalkan Indonesia

DAVOS, KOMPAS — Indonesia meyakinkan para investor dan pemimpin perusahaan yang dijumpai di Davos, Swiss. Mereka diyakinkan bahwa siapa pun presiden Indonesia hasil Pemilihan Umum 2014 tetap harus mengambil kebijakan menarik dan menjaga investasi.

”Hal itu karena investasi mutlak diperlukan dalam penciptaan lapangan kerja,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri menjawab pertanyaan para investor dan pemimpin perusahaan yang dijumpai dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, 23-25 Januari ini.

Acara tahunan ini dihadiri para pemimpin dan pejabat pemerintahan, investor, bankir, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan serikat buruh dari seluruh dunia.

Indonesia pada acara semi-informal ini diwakili Menkeu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar. Pebisnis dan bankir Indonesia juga hadir di Davos. Chatib Basri dan Mahendra sampai hari Jumat (24/1) masih bertemu dengan sejumlah investor dan pebisnis di Davos.

Chatib, dalam jumpa wartawan, termasuk wartawan Kompas, Pieter P Gero, hari Kamis malam waktu Davos atau Jumat dini hari WIB, menegaskan, kepada investor dan pebisnis yang bertanya soal pemilu di Indonesia dijelaskan bakal ada pergantian presiden dan anggota parlemen pada tahun 2014. Namun mereka diyakini bahwa kebijakan investasi tidak akan berubah.

”Siapa pun yang menjadi presiden nanti, agar bisa bertahan, dia harus bisa menciptakan lapangan kerja. Untuk itu perlu ada pertumbuhan ekonomi 7 persen per tahun,” ujar Chatib. Tingkat pengangguran di Indonesia relatif tinggi sekitar 8 persen.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7 persen, ujar Chatib, perlu ada penanaman modal asing (PMA)
yang berkesinambungan. PMA perlu mencapai 40 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). ”Saat ini baru sekitar 33 persen (terhadap PDB),” ujar Chatib.

Mahendra menambahkan, para investor dan pebisnis dunia diyakinkan bahwa proses transisi pemerintahan di Indonesia sudah berjalan baik. Hal itu mengingat beberapa pemilu presiden- wakil presiden dan pemilu legislatif berjalan baik dan lancar.

”Di Indonesia, transisi pemerintahan paling hanya menyangkut presiden dan kabinet yang hanya melibatkan 33 orang. Berbeda, misalnya, dengan di negara lain yang proses transisinya melibatkan ribuan pejabat di sejumlah kantor pemerintahan,” ujar Mahendra.
Transisi mantap

Lagi pula, kata Mahendra, kini ada Rencana Pembangunan Lima Tahun Jangka Menengah. Struktur pemerintahan di Indonesia adalah politikus, teknokrat, dan profesional. Jadi, mereka akan fokus pada keberlanjutan dari proses transisi yang mantap, termasuk dalam kepastian berinvestasi di Indonesia.

Mari Elka Pangestu dalam jumpa wartawan di Davos, Swiss, hari Kamis malam atau Jumat dini hari WIB, menegaskan, WEF yang dihadiri ribuan peserta itu terdiri dari pejabat pemerintahan, investor, pimpinan perusahaan, dan organisasi kemasyarakatan dari seluruh dunia, sangat tepat sebagai forum untuk menjelaskan potensi pariwisata Indonesia.

”Kita memiliki kekayaan kuliner serta musik kontemporer dan tradisional. Sungguh luar biasa,” ujar Mari. Jumpa wartawan dilakukan sebelum digelar Indonesia Night di Davos. Acara itu menyajikan tari Bali, sejumlah makanan, seperti nasi goreng dan rendang, serta sejumlah lagu daerah.

Malam budaya, yang diwarnai pemberian selendang tenun asal Nusa Tenggara Timur, itu dihadiri lebih dari 500 tamu undangan, termasuk chief executive officer dan pendiri WEF Klaus Schwab. ”Luar biasa dan saya sangat menikmati makanannya,” ujar Klaus. Indonesia Night sudah diadakan sejak tahun 2011.

Menurut Mari, WEF penting untuk menjalin jaringan dengan banyak orang guna menyampaikan potensi pariwisata, termasuk potensi investasi dan bisnis.

”Sekalipun tidak membuat janji, di sini kita bisa secara informal bertemu dengan semua orang dari kalangan pariwisata dan biro perjalanan secara informal,” ujar Mari.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004359427