BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Dari Dialog Publik SPPM Maros: Perempuan Maros Menilai Caleg


Dari Dialog Publik SPPM Maros:

Perempuan Maros Menilai Caleg

Perempuan Maros menginginkan Caleg yang memahami isu perempuan dan kemiskinan. Hal ini mengemuka pada dialog publik  yang dilaksanakan oleh SPPM Maros bertajuk SPPM Menodorong Lahirnya Kebijakan Yang Pro Perempuan dan Rakyat Miskin Melalui caleg Propinsi Sulawesi Selatan yang dilaksanakan di samping kantor SPPM Maros, 14 Maret yang lalu. Kegiatan yang dilaksanakan dalam format panggung terbuka ini dihadiri sekitar seratusan perempuan dari sepuluh desa yang tersebar pada beberapa kecamatan se kabupaten Maros ini dihadiri oleh  caleg perempuan dan caleg laki-laki yaitu Syahruni dari Partai Nasdem,  Rahmawati dari PKS, Muh. Ramli Rahim dari Partai Golkar, Al Mujahid Akmal dari PKB dan A. Irfan caleg PAN.

 

Untuk menggali visi dan misi caleg yang memahami masalah perempuan dan kemiskinan maka acara ini menghadirkan narasumber pembanding, yaitu Junardi, dari Yayasan BaKTI  dan Andi Nur Imran, Manajer Program dari Maupe. 

 

Dua caleg perempuan yang hadir berjanji jika terpilih menjadi anggota DPRD akan memperjuangkan peningkatan kesejahteraan perempuan, sebagai mana yang disampaiakan Rahmawati, yang akan mendorong pemberian keterampilan perempuan untuk meningkatkan ekonomi kelurganya. Demikian juga yang disampaikan oleh Syahruni, mantan manager keuangan di sebuah bank di Makassar ini rela meninggalkan zona nyaman pekerjaan sebelumnya karena merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu untuk membuat perempuan semakin berdaya di masa yang akan datang dengan mempertahankan kearifan budaya lokal.

 

Andi Irfan dari PAN mengungkapkan bahwa, masalah kemiskinan dan gender perlu dipahami dengan baik oleh seorang anggota legislatif, karena jika tidak bagaimana mereka akan menyuarakan kepentingan tersebut di DPRD nantinya. “Seorang caleg harus memiliki kemampuan berbicara dan menyuarakan isu perempuan dan kemiskinan. Jika tidak nantinya tidak akan bisa mempengaruhi orang-orang yang ada di DPRD ”.

 

Berbeda dengan Al Mujahid Akmal, menurutnya modal utama yang harus dimiliki seorang anggota DPRD adalah pengetahuan tentang tugas dan fungsi anggota DPRD. Ado demikian sapaan akrabnya lebih lanjut mengemukakan “tidak ada gunanya semua  pengetahuan tentang bagaimana menghentikan trafficking, perlindungan anak, perlindungan perempuan jika tidak mengetahui proses penyusunan regulasi seperti Perda. Untuk itu diperlukan kemampuan meloby dan meyakinkan sesama anggota DPRD nantinya. Karena anggota DPRD datang dari berbagai latar belakang yang tentu tidak semuanya mengetahui isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat”.

Ado akan mendorong penguatan SDM khususnya perempuan dan tata pemerintahan yang bersih jika kelak terpilih.

 

Lain Ado lain pula Ramli Rahim, caleg partai Golkar ini berjanji untuk mengembalikan semua penghasilannya kemasyarakat jika terpilih sebagai anggota DPRD. Sebagai pengusaha ia memilih fokus peningkatan penghasilan masyarakat dengan menggunakan sistim bisnis rancangannya yang diyakini bisa meningkatkan keberdayaan masyarakat dengan peningkatan ekonomi.

 

Menanggapi visi dan misi caleg, para peserta yang hampir seluruhnya merupakan alumni Sekolah Politik Perempuan  Maupe ini menunjukkan minat yang sangat tinggi untuk mengenali lebih jauh pengetahuan tentang perempuan dan kemiskinan.

 

Ibu Salma, salah seorang alumni SPPM ini menegaskan, perempuan Maros Butuh pemimpin yang konsisten menyuarakan isu perempuan dan masalah kemiskinan dan mempertanyakan rencana para caleg jika nantinya terpilih. “apa yang akan diperbuat untuk perempuan dan masyarakat miskin?”, ujarnya.

 

Ibu Badriah Nur menyambung pertanyaan tersebut dengan lebih spesifik yang mengatakan bahwa masalah kemiskinan dan perempuan di tempat kerja juga dapat dilihat pada fasilitas di tempat kerja. Ibu-ibu yang punya anak biasa lebih repot duakali lipat, jika membawa bayinya ke tempat kerja akan dianggap mengganggu, tetapi sangat sulit mencari pengasuh. Harusnya di kantor-kantor disiapkan tempat atau ruangan khusus untuk bayi, selain tempat menyusui sehingga bisa bekerja dengan tenang. Nah para caleg harusnya memahami masalah seperti ini?

 

Farida dari Solidaritas Perempuan Anging Mamiri meminta caleg untuk lebih realistis, mempunyai program yang konkrit. Sesuai realitas yang dihadapi masyarakat khusunya perempuan. “programnya jangan mengawang-awang!”. Banyak masalah di tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan perempuan seperti fasilitas khusus tenaga kerja perempuan karena kebutuhan khsus, kesamaan gaji, dan seterusny, tambahanya.
     

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan keritis para peserta. beberapa caleg langsung menantang, bersedia membuat kontrak politik dengan masyarakat jika diinginkan.

 

Sebelum acara berakhir, Junardi mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang biasanya menjadi penyebab melemahnya nilai keterwakilan, yaitu pemimpin partai yang sangat berpengaruh sehingga dapat mengatur semua anggota DPRD yang terpilih, lingkungan dalam pendukung, yaitu kelompok-kelompok, organisasi pengusung yang menunggu pamrih, biasanya setelah terpilih lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok dan adanya ketidak jelasan identitas konstituen sehingga tidak tahu akan bekerja untuk siapa dan menyuarakan apa.