BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Danau Sentani Yang Damai

Senin 17 November 2014 09:17 WIB

Di Indonesia saya hanya mengenal 3 danau besar; danau Toba di Sumatera Utara, danau Matano di Sualwesi Selatan dan danau Sentani di Papua. Saya belum pernah melihat satupun dari ketiga danau itu sampai sebuah keberuntungan mendekati saya, akhirnya saya bisa melihat langsung danau Sentani di Papua.

“Danau Sentani tidak jauh ya pak dari sini?” Tanya saya pada pak supir yang menjemput di bandara.

“Itu danau Sentani.” Kata pak supir sambil menunjuk ke sebelah kanan. Ternyata danau Sentani memang tidak jauh dari bandara Sentani tempat pesawat yang saya tumpangi mendarat.

Di sebelah kanan terhampar genangan air yang luasnya tidak terkira. Di tepiannya bermunculan perbukitan yang menjulang dan berbaris tidak beraturan. Warna hijau mendominasi, berpadu dengan warna gelap danau Sentani. Oh! Inilah danau yang selama ini hanya saya baca dan dengar.

Danau Sentani yang berada di lereng perbukitan cyclops ini  membentang di antara kota Jayapura dan kabupaten Jayapura.  Luasnya sekisar 9.360 hektar dengan kedalaman yang berbeda-beda. Bentuk danau Sentani memang memanjang dan tidak bulat. Di sekitarnya ada banyak kampung yang menggantungkan hidup dari danau ini.

Perjalanan panjang dari bandara Sentani ke Jayapura benar-benar terasa dimanjakan dengan keindahan danau Sentani di sisi kanan. Sesekali danau ini tertutup pepohonan, lalu muncul kembali ketika tidak ada lagi pohon yang menghalangi pandangan. Airnya tenang berwarna gelap, di tengah danau ada pulau-pulau yang sebagian tampak berisi rumah penduduk. Sayang karena ketika saya tiba matahari tertutup mendung.

Di salah satu sisi danau Sentani ada kawasan wisata yang bernama Kalkhote. Kawasan ini memang sepi di hari-hari biasa, tapi katanya ketika perayaan festival danau Sentani digelar kawasan ini akan riuh oleh pengunjung dan tentu saja peserta. Di kawasan ini setiap pertengahan bulan Juni biasanya akan digelar tarian adat Papua, atraksi budaya Papua dan beberapa ritual adat. Ah sekali lagi saya datang bukan di waktu yang tepat.

Tapi meski datang bukan di waktu yang tepat saya tetap bisa merasakan kedamaian di danau Sentani. Sentani memang berarti “di sini kami tinggal dengan damai” yang diberikan oleh seorang misionaris yang datang pada kisaran tahun 1898. Nama itu ternyata memang beralasan, tepian Sentani saja sudah bisa memberi rasa damai meski saya hanya beberapa jam menikmatinya.

Hal lain yang menarik dari Sentani adalah menikmati kuliner khas Papua, khususnya khas Sentani. Di danau Sentani ada sekitar 30 spesies ikan yang hidup, salah satunya adalah ikan gabus endemik Sentani. Ikan ini rasanya memang lembut, mungkin seperti sebongkah gabus. Menikmati ikan ini tentu tidak lengkap bila tidak ditemani papeda atau sagu yang dimasak. Rasanya benar-benar segar.

Suatu hari saya juga sempat menikmati keindahan danau Sentani dari ketinggian, tepatnya di sekitar tugu MacArthur yang memang berdiri tegak di hadapan danau Sentanil. Dari ketinggian terlihat jelas hamparan danau Sentani dan perbukitan di sekitarnya. Dalam hati saya memuji keindahan lukisan alam Tuhan yang dianugerahkan untuk Papua itu. Danau Sentani memang indah dan membuat damai.


Sumber: http://indonesiana.tempo.co/read/25302/2014/11/17/ipul.ji/danau-sentani-yang-damai

Related-Area: