BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Cokelat Sulawesi Sasar Pasar Jepang

Mon,03 February 2014 | 09:52 Dibaca oleh 88 Pengunjung
Cokelat Sulawesi Sasar Pasar Jepang

JAKARTA, FAJAR- Biji cokelat dari Sulsel dan Sulbar sudah masuk ke Jepang. Produknya tersebar di banyak kota.

Cokelat asal dua provinsi bertetangga ini dianggap cocok dengan lidah orang Jepang. Makanya, kini cokelat yang sudah diolah dengan cita rasa ala negeri sakura, dijual pelbagai tempat umum di Jepang. Khususnya di Kyoto, Osaka, dan Tokyo.

Produsen bahkan sudah menjajaki kerja sama agar cokelat Indonesia rasa Jepang ini bisa disajikan dalam pesawat Garuda Indonesia jalur Jepang-Indonesia.

"Sebenarnya saya sudah deal dengan pihak Garuda Indonesia jalur Osaka-Jakarta bahwa cokelat ini akan disajikan juga di dalam pesawat Garuda Indonesia. Tetapi setelah Kepala Cabang Osaka diganti, kesepakatan tersebut dibatalkan, tidak jadi dilakukan. Sayang sekali sebenarnya karena ini produk 100 persen dari Indonesia," papar Keiichi Yoshino (33), produsen cokelat dengan merk Dari-K di Jakarta, kemarin.

Mengapa pakai merk Dari-K? Selain kosa kata Indonesia, juga ada maksudnya. Karena pulau Sulawesi bentuknya seperti huruf K, maka Yoshino mengambil ide dari sana dan brand coklat tersebut dinamakan Dari-K.

Dari-K memiliki beberapa cabang toko yang tersebar di Jepang. Antara lain di Osaka, Higashiyama dan Kyoto. Tetapi produknya sudah tersebar di pelbagai ritel besar Jepang seperti Mitsukoshi, Takashimaya, Isetan, Odakyu, Daimaru, Kintetsu, Hanshin, dan Seibu. Termasuk juga dijual di hotel Nikko Princess Kyoto, Hotel Granvia Kyoto, Tokyu Hands, Felissimo, Hankyu Kitchen, dan Hankyu Orange Life.

Menurut dia, tidak mudah bersaing cokelat di Jepang. Apalagi dengan cokelat buatan Eropa dan Amerika yang sudah dikenal baik orang Jepang. Mereka tak lagi melihat harga, namun merek.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Burhanuddin Mustafa, mengungkapkan, cokelat memang salah satu unggulan ekspor dari Sulsel.
Luas lahan cokelat di Sulsel 270 ribu hektare dengan jumlah pohon 18 juta.

Pada 2012, produksi cokelat Sulsel mencapai 172 ribu ton dengan nilai penjualan Rp4,7 triliun. Tahun 2011 produksinya 196 ribu ton dengan nilai Rp5,7 triliun. "Ada penurunan karena faktor iklim,"" kata Burhanuddin.

Dia melanjutkan, pada 2013 lalu Sulsel menargetkan total produksi cokelat 300 ribu ton. "Namun kemampuan petani masih sampai 200 ribu ton," tandasnya. (aci/zul)

Sumber: http://www.fajar.co.id/bisnisekonomi/3117886_5664.html