Kesehatan Ibu
Cegah Kerusakan DNA
PADA 20th International Congress of Nutrition di Granada, Spanyol, pertengahan September 2013, Lindsay Allen dalam kuliah umum bertajuk Micronutrient Research, Program and Policy: from Meta analyses to Metabolomics mengajak peneliti untuk lebih fokus meneliti dampak zat gizi terhadap aspek fisiologi, metabolik, ataupun imunologi.
Menurut Allen, selama ini zat gizi terbukti dapat memperbaiki anemia, mencegah bayi berat lahir rendah, serta mengatasi stunting (tubuh pendek). Namun, bagaimana hal tersebut bisa terjadi, perlu penjelasan dan bukti metabolik yang kuat.
Bukti tersebut akan membuat hasil penelitian tidak ditinggalkan oleh pengambil kebijakan, dan implementasi kebijakan/program gizi akan selalu aktual.
Komplikasi kehamilan ternyata didasari oleh kerusakan genom. Kerusakan itu dapat dicegah dengan asupan zat gizi mikro. Kerusakan deoxyribonucleid acid (DNA) dapat memengaruhi berbagai proses fisiologis yang berhubungan dengan kehamilan, mulai dari tahap awal seperti pematangan sel telur atau produksi sperma, sampai akhir proses perkembangan plasenta dan janin.
Wiktor (2004) membuktikan bahwa ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia (PE) atau mengalami gangguan pertumbuhan janin mempunyai kadar 8 hydroxydeoxyigunosine, yakni penanda kerusakan DNA, yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang hamil normal.
Penelitian Furness (2010) menemukan, ibu hamil 20 minggu yang mengalami kerusakan DNA mempunyai potensi lebih besar mengalami gangguan PE dan intra uterine growth restriction (IUGR). Peningkatan jumlah kerusakan DNA telah nyata terlihat sebelum gejala klinis PE atau IUGR muncul.
Bagaimana kerusakan DNA dapat memengaruhi kejadian komplikasi kehamilan diduga berkaitan dengan iskemia (keadaan kekurangan darah dalam jaringan) atau hipoksia plasenta. Kerusakan DNA pada ibu hamil dapat menyebabkan terhambatnya pembelahan sel, perlambatan siklus sel, serta kematian sel (apoptosis) berlebihan yang menyebabkan gangguan invasi sel trofoblas pada saat pembentukan arteri spiralis.
Padahal, invasi trofoblas diperlukan untuk membantu memperlebar arteri spiralis yang berperan mengirimkan darah ke plasenta. Jika arteri spiralis tidak terbentuk secara optimal, pasokan oksigen dan zat gizi akan terganggu, serta inilah yang menyebabkan komplikasi seperti PE dan IUGR.
Peran zat gizi mikro
Zat gizi mikro, yakni vitamin dan mineral, sangat penting untuk menjaga keutuhan DNA karena perannya sebagai kofaktor enzim pada sintesis (pembentukan) dan perbaikan DNA, pencegahan kerusakan DNA akibat oksidasi, serta memelihara proses metilasi DNA. Setiap zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk mencapai hasil metabolisme maksimal. Kekurangan zat gizi mikro akan mengganggu metabolisme normal dan pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan DNA.
Hubungan antara kerusakan DNA dan defisiensi zat gizi mikro telah terbukti melalui berbagai studi. Kekurangan zat besi, magnesium, seng, vitamin B6, vitamin C, asam folat, dan biotin, menyebabkan peningkatan kerusakan DNA.
Kerusakan DNA dapat terjadi jika kita mengalami kekurangan zat besi, seng, folat, vitamin B12, dan kolin, meskipun dalam jumlah sedikit. Adapun untuk selenium, tembaga, kalsium, niasin, dan kolin, kerusakan DNA terjadi jika tubuh mengalami defisiensi berat. Kekurangan seng diketahui dapat menyebabkan peningkatan pro-oksidan yang akan menyebabkan putusnya rantai DNA (single-strand breaks).
Selain berperan dalam sintesis DNA, zat gizi mikro mempunyai peran sebagai kofaktor dalam perbaikan kerusakan DNA. Tugas ini dilakukan oleh seng dan magnesium sebagai kofaktor untuk polymerase DNA. Kekurangan seng dan magnesium menyebabkan kegagalan pada perbaikan double strand breaks DNA yang kemudian bisa berakibat putusnya kromosom.
Pemberian zat gizi mikro telah terbukti dapat mengurangi kerusakan DNA. Thomas P (2011) dalam sebuah kajian melaporkan bahwa suplementasi vitamin antioksidan dan vitamin B dapat menurunkan kerusakan DNA. Studi lain menemukan bahwa kerusakan DNA secara signifikan berhubungan dengan kekurangan kadar vitamin B12 dalam serum (Fenech, 1998). Smolkova (2004) melaporkan, suplementasi dengan antioksidan mempunyai efek yang signifikan dalam mengurangi kerusakan DNA sejumlah 39 persen.
DNA sangat sensitif terhadap kekurangan zat gizi mikro. Kekurangan seng dalam 6 minggu menyebabkan peningkatan DNA strand breaks. Kerusakan DNA yang ditimbulkan oleh kekurangan asam folat dan B12 sama besarnya, bahkan lebih besar, dibandingkan dengan tingkat kerusakan DNA akibat paparan bahan kimia, radiasi ultraviolet, atau radiasi ion. Penurunan konsentrasi asam folat yang masih dalam batas fisiologis dapat menginduksi tingkat kerusakan DNA yang setara dengan yang ditimbulkan oleh paparan radiasi sinar X.
Jika defisiensi ringan untuk satu jenis zat gizi mikro saja dapat menyebabkan kerusakan DNA yang hebat, bisa dibayangkan kerusakan yang timbul akibat kekurangan multizat gizi mikro.
Implikasi program
Dari hasil-hasil penelitian di atas tampak bahwa multizat gizi mikro sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk mencegah kerusakan DNA yang pada akhirnya diharapkan dapat mencegah komplikasi kehamilan/persalinan. Kebutuhan itu tidak terbatas pada zat besi (Fe) atau asam folat saja sehingga pemberian tablet tambah darah tidak cukup.
Hasil penelitian di Lombok (2008) membuktikan, suplemen multizat gizi mikro lebih efektif dalam menurunkan kejadian komplikasi kehamilan seperti abortus dan kelahiran mati, dibandingkan tablet tambah darah. Selain itu, terungkap bahwa ibu hamil anemia di negara-negara berkembang mengalami kekurangan bukan hanya zat besi saja, melainkan zat gizi mikro lain. Karena itu, program pemberian tablet tambah darah sudah saatnya dikaji, dan perlu dipertimbangkan untuk diganti dengan multizat gizi mikro.
Hal lain yang perlu dikaji adalah kapan saat yang tepat untuk memberikan suplemen.
Secara nasional, tablet tambah darah diberikan kepada ibu hamil. Namun, efektivitasnya mulai diragukan karena hingga saat ini prevalensi anemia tetap tinggi. Demikian pula, jika suplemen ini dimaksudkan untuk memperbaiki kerusakan DNA, saat pemberian yang tepat adalah sebelum hamil karena kerusakan DNA telah terjadi pada 8 minggu kehamilan. Akan lebih tepat jika pemberian suplemen menjadi bagian dari pelayanan perempuan sebelum hamil (preconception care).
Pemahaman yang baik tentang mekanisme biologis terjadinya komplikasi kehamilan/persalinan serta adanya hasil riset mutakhir di bidang gizi dapat membantu kita untuk berani melakukan koreksi terhadap program kesehatan ibu secara mendasar.
Harapannya, pencegahan di sektor hulu akan terlaksana sesuai harapan guna mempercepat turunnya angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015.
ANANG S OTOLUWA, Kandidat Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004449697
-
- Log in to post comments
- 563 reads