Kurikulum 2013
Buku Masih Jadi Masalah di Pedalaman Papua Barat

TANAH BARU, KOMPAS — Implementasi Kurikulum 2013 tidak berjalan di sekolah-sekolah di Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Para guru tidak melaksanakan Kurikulum 2013 karena tidak siap serta tidak ada buku teks siswa ataupun buku pegangan guru.

”Kami tidak menjalankan Kurikulum 2013 karena tidak ada buku siswa dan guru. Sampai sekarang, guru-guru mengajar saja dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) karena buku-bukunya masih ada,” kata M Agofa, Kepala SD YPPK Saengga, Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Kamis (27/11).

Hal senada disampaikan Adolf Mirino, Kepala SMP YPK Sumuri, di Tanah Merah Baru. Bukan hanya masalah buku yang belum ada, guru juga belum paham cara mengimplementasikan Kurikulum 2013 karena belum semua ikut pelatihan.

Syanne Lokopessy, Kepala SMA Negeri Saengga, mengatakan, sekolah juga kesulitan menerapkan kurikulum baru karena kekurangan guru. Hanya ada delapan guru yang mengajar di SMA itu.
Kekurangan guru

Tiap guru di SMAN Saengga memegang 2 hingga 4 mata pelajaran. Etik Mariyanti (26), misalnya, mengajar Matematika, Seni, Agama Islam, ditambah dengan mengajar kegiatan ekstrakurikuler menganyam.

Adapun Erviana Thahir, guru lain di SMAN Saengga, terpaksa mengampu empat mata pelajaran, yakni Akuntansi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Sejarah, serta Fisika.

”Jika Kurikulum 2013 diterapkan, tiap-tiap mata pelajaran butuh dua guru, tetapi yang ada sekarang saja kurang. Kami tidak tahu cara menyiasatinya,” kata Syanne.

Terdapat lembaga nonpemerintah yang berupaya ikut membantu. Contohnya, sejak 2010, melalui program Putera Sampoerna School Development Outreach, yang bekerja sama dengan LNG Tangguh, sekolah dibantu untuk meraih standar nasional atau melampaui standar nasional. Harapannya, kualitas sekolah ikut meningkat dengan adanya program itu. (ELN)


Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010379775