BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Bergerak Bersama untuk Bumi

Bergerak Bersama untuk Bumi

Oleh: Cindy Suci Ananda Mahasiswa Jurusan Bioteknologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Teknologi Sumbawa, Nusa Tenggara Barat 0 Komentar FacebookTwitter 

Perjalanan mencapai ”puncak” memang tidak mudah. Adakalanya kita merasa ingin menyerah karena sudah kelelahan. Namun, itulah hal yang harus kami lawan karena banyak hal indah saat mencapai puncak. Inilah yang kami rasakan saat melakukan aksi peduli lingkungan pada akhir tahun 2013 di Desa Batu Dulang, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

eserta aksi peduli lingkungan itu tergabung dalam Sobat Bumi Sumbawa. Ini komunitas mahasiswa yang peduli lingkungan dan beranggotakan 27 orang dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS).

Komunitas ini diinisiasi Dekan Fakultas Teknobiologi (FTB) UTS Dr Arief Budi Witarto dan dipelopori 20 mahasiswa FTB dan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) UTS yang mengikuti Pertamina Foundation Scholarship (PFS) Camp ”Sobat Bumi” di Taman Wisata Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 28 November-2 Desember 2013.

Kami ingin melakukan sesuatu untuk menjaga keindahan dan kekayaan alam Pulau Sumbawa agar warisan leluhur ini bisa dinikmati generasi penerus berikutnya. Dua kegiatan kami adalah konservasi pohon binong dan konservasi terumbu karang. Kedua kegiatan itu berlokasi di Kabupaten Sumbawa.

Dalam menjalankan kegiatan, Sobat Bumi Sumbawa bekerja sama dengan beberapa pihak. Konservasi pohon binong kami bekerja bareng Jaringan Madu Hutan Sumbawa, KPH Batu Lanteh, dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sumbawa. Sedangkan Proyek Terumbu Karang, kami bekerja sama dengan Samawa Seaside Cottage.

Petualangan kami dimulai sekitar pukul 08.00 Wita. Kami berkumpul di rumah koordinator tim dan bergerak melakukan aksi penanaman anakan pohon binong di Desa Batu Dulang. Desa ini adalah sentra produksi Madu Hutan Sumbawa. Anggota tim adalah 21 mahasiswa UTS.
Pohon binong

Kenapa kami memilih pohon binong? Sebab, pohon binong adalah ”rumah” bagi lebah madu hutan sumbawa (Apis dorsata). Jadi, lebah-lebah itu tak akan kehilangan rumah mereka dan hasil produksi panen Madu Hutan Sumbawa pun meningkat.

Lokasi konservasi berada pada ketinggian 1.040 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk mencapainya, kami menempuh jarak sekitar 20 kilometer (km) dari kota Sumbawa.

Kami menggunakan sepeda motor dan satu mobil untuk membawa bibit ke Desa Batu Dulang. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh sekitar 3 km. Di sini kami menelusuri barisan bukit dengan kondisi jalan yang menanjak, berbatu, dan jurang di kanan kirinya.

Cuaca hari itu panas, membuat kami lekas merasa lelah. Ditambah banyaknya bibit pohon serta peralatan yang dibawa, tak urung membuat kami sering mesti berhenti guna beristirahat sejenak. Karena itu, total waktu tempuh kami dua jam.

Asyiknya, di sepanjang perjalanan mata kami benar-benar dimanjakan pemandangan alamnya. Jauh dari hiruk-pikuk suasana kota, membuat otak kami terasa segar, lepas dari kepenatan.

Setiba di lokasi, kami langsung mengerjakan tugas masing-masing. Kami bahu-membahu membuat tenda sebagai tempat berteduh, membersihkan lahan, membuat lubang tanam tambahan, menanam pohon, dan menyiramnya.

Dari 64 bibit pohon dalam polybag, sekitar 51 bibit yang bisa ditanam hari itu, selebihnya tak tumbuh dengan baik. Penanaman dimulai saat matahari tepat berada di atas kepala dan selesai pukul 13.00 Wita.

Seusai menanam, kami membereskan peralatan dan mengumpulkan sampah. ”Tak boleh ada sampah yang ketinggalan satu pun di lokasi ini, sebagai wujud nyata cinta lingkungan yang sedang kita galakkan,” kata Isro, mahasiswa FTB UTS.

Kami kemudian bergegas pulang. Namun, empat anggota tim harus pergi ke lokasi lain untuk melihat pohon binong yang sudah besar. Kami berjanji akan menunggu mereka di Taman Wisata Alam Desa Semongkat, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa.

Sambil menunggu mereka, kami memutuskan membersihkan diri di Sungai Semongkat. Dinginnya air sungai yang berasal dari mata air di daerah itu mampu menghilangkan rasa lelah yang menggelayuti badan kami.

Kami pulang dengan perasaan puas dan bangga. Kami berharap kegiatan ini terus berlanjut dan dapat menggugah masyarakat untuk bersama-sama menjaga Bumi.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004269140