Bakar Batu, Tradisi Muslim Papua Sambut Bulan Suci Ramadan
Wilpret Siagian, - detiknews
Jayapura - Komunitas muslim Papua asal Wamena punya tradisi khusus menyambut ramadan. Mereka selalu melakukan tradisi bakar batu sesuai dengan budaya masyarakat penunungan tengah Papua.
Seperti menjelang ramadan 1436 H kali ini, Rabu (17/6/2015) acara bakar batu dilangsungkan di Kampung Meteo, Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura Papua, di kompleks Mushola Firdaus Asso. Umat muslim Papua yang berada di ompleks tersebut berjumlah 65 orang atau 24 KK yang semuanya berasal dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Saat melakukan bakar batu, empat orang laki-laki dewasa menyusun batu di atas tatanan kayu kemudian ditutupi dengan dedaunan kemudian dibakar.
Di samping tumpukan batu telah dibuat sebuah kubangan dalam tanah, di mana batu yang sudah dibakar kemudian disusun didalam lubang itu kemudian menyusun berbagai jenis makanan yang akan dibakar, seperti sayur, ubi jalar, jagung, pisang dan ayam.
Setelah batu panas, bahan makanan dimasukkan ke dalam lubang yang sudah dimasukkan batu panas dan ditutup dengan daun sayur-sayuran. Tiap lapisan ditaruh batu panas yang akan memasak makanan dengan panas yang bersumber dari batu.
Setelah semua bahan makanan disusun, tumpukan makanan itu kemudian ditutup rapat dan kemudian meletakkan lagi batu panas. Setelah tiga jam, kemudian dibuka dan semua bahan makanan pun sudah matang dan siap di santap.
Hadiman Asso (37) Ketua Komunitas Muslim Wamena di Kota Jayapura menjelaskan, tradisi masyarakat Pegunungan Tengah tersebut dilakukan setiap kali ada kegiatan kemasyarakatan, seperti pesta pernikahan, syukuran dan lainnya, termasuk acara menyambut bulan suci Ramadhan.
“Kami muslim Wamena melakukan tradisi ini dalam kegiatan keagamaan kami juga,” jelasnya.
Dikatakan, sebelum memasuki bulan Puasa, komunitas Muslim Wamena yang berada di Kota Jayapura melakukan bakar batu sebagai tempat utuk saling memaafkan.
“Kan biasanya saat lebaran baru kemudian saling memaafkan, tetapi kami berpikir, sebaiknya sebelum memasuki ibadah puasa kita sudah saling memaafkan, tetangga yang pernah berbuat salah untuk saling memaafkan, sehingga kita menjalani bulan suci ramadan dengan hati yang sudah plong karena sudah saling memaafkan,” jelasnya.
Komunitas Muslim Wamena yang berada di Kampung Meteo menempati kawasan tersebut sejak tahun 1983, saat pertama kalinya Firdaus Asso hijrah dari Kampung Walesi, Wamena ke Jayapura.
Selanjutnya, Firdaus menempati kawasan tersebut. Berikutnya umat muslim lainnya turun dari Walesi dan menetap di kawasan tersebut, sehingga jumlah warga bertambah hingga saat ini.
“Saya sendiri merupakan generasi ketiga yang menempati tempat ini, sebelumnya tete dan ayah saya yang tinggal di sini,” terangnya.
Komunitas Muslim di Kampung Meteo sebagaimana umat Muslim lainnya juga mewariskan ajaran Islam kepada generasi mudanya. “Anak-anak muda di sini melakukan pengajian setiap sorenya sehabis Magrib sampai memasuki salat Isa, itu dilakukan setiap hari,” jelasnya.
Di kampung Meteo juga terdapat 6 orang janda serta 12 anak yatim yang dibina di Musholla Firdaus Asso.
- Log in to post comments
- 518 reads