BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Ayo "Mangente" Ambon

strategi pembangunan
Ayo "Mangente" Ambon
Ikon konten premium Cetak | 6 Juli 2015

Konflik sosial bernuansa agama selama bertahun-tahun, sejak Januari 1999, menyebabkan citra Kota Ambon, Maluku, rusak. Bahkan, hingga saat ini pandangan bahwa Ambon sebagai daerah konflik masih terlintas di benak banyak orang. Untuk menghilangkan stigma itu, Pemerintah Kota Ambon mendatangi 33 provinsi di Indonesia dan beberapa kota di luar negeri demi mempromosikan Ambon yang kini semakin menggeliat.
Richard Louhenapessy
Kompas/Fransiskus Pati HerinRichard Louhenapessy

Tahun ini, Pemkot Ambon, yang dipimpin Wali Kota Richard Louhenapessy dan Wakil Wali Kota MAS Latuconsina, menggelar sejumlah kegiatan untuk mengajak warga keturunan Ambon di daerah lain, termasuk di luar negeri, agar sejenak menengok kota itu atau mangente Ambon. Rangkaian kegiatan yang akan berakhir Desember 2015 itu resmi diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo di Ambon bulan Mei lalu.

Richard mengatakan, ketika terjadi konflik, banyak orang memperkirakan Ambon bakal menjadi kota mati. Kala itu aktivitas perekonomian lumpuh, roda pemerintahan berjalan tanpa arah, infrastruktur hancur, dan warga hilang harapan.

Tahun 2006, saat kondisi sosial sudah benar-benar pulih, perbaikan infrastruktur masif dilakukan. Investasi oleh dunia usaha perlahan tumbuh. Ambon mulai mendapat kepercayaan.

Menurut Richard, kondisi itu tercipta karena kemauan baik warga untuk hidup berdampingan secara damai. Warga tak lagi terpengaruh dengan permainan provokator yang menginginkan bara konflik tetap ada. Warga sadar, konflik di Ambon didesain untuk kepentingan orang atau pihak tertentu.

Ambon kini sudah aman. Itu terbukti ketika Ambon menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran tingkat nasional pada 2012. Peserta dari provinsi lain tinggal membaur di permukiman warga. Bahkan, ada yang menginap di istana Keuskupan Diosis Amboina. Oktober tahun ini, Ambon kembali dipercaya menjadi tuan rumah Pesta Paduan Suara Grejawi tingkat nasional. Salah satu tempat perlombaan adalah Gedung Islamic Center.

Kepercayaan masyarakat internasional juga kian terlihat. Jumlah wisatawan asing pada 2013 sekitar 4.000 orang, meningkat pada 2014 menjadi sekitar 5.000 orang. Pemerintah menargetkan jumlah wisatawan tahun ini menembus sekitar 6.000 orang.

Selain itu, Kota Ambon juga menyelenggarakan kejuaraan Darwin-Ambon Yacht Race and Rally setiap tahun. Untuk tahun 2014, sebanyak 24 perahu layar ikut berpartisipasi, meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 yang diikuti 19 perahu layar. Tahun 2013 peserta lomba itu dari luar negeri hanya dari Australia, tetapi tahun 2014 peserta asing berasal dari Selandia Baru, Italia, Belanda, dan Singapura.

Kendati kondisi sosial di Ambon kini pulih, kampanye perdamaian tak boleh berhenti. Ruang pertemuan informal antarwarga harus terus disediakan. (frn)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/07/06/Ayo-Mangente-Ambon

Related-Area: