BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Atasi Ketertinggalan

Atasi Ketertinggalan

TANGGAL 16 Februari 2014, Gorontalo berusia 13 tahun sebagai provinsi. Sebelumnya, provinsi yang kini dihuni sekitar 1,1 juta jiwa ini bergabung dengan Sulawesi Utara dan hanya terdiri atas Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Di usia muda, Gorontalo berusaha mengatasi ketertinggalannya.

Sudah tiga gubernur yang memimpin Gorontalo sejak 2001. Dari ketiga gubernur tersebut, Fadel Muhammad adalah figur paling populer dan berhasil membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpikat untuk mengangkatnya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan walau hanya dua tahun. Pada era Fadel sebagai gubernur, nama Gorontalo juga banyak dibicarakan di panggung nasional.

Secara perlahan, Gorontalo mulai menapak untuk menjadi sebuah ”kota” di bagian utara Pulau Sulawesi. Pada ujung tahun 2011, mulai berdiri satu mal sebagai satu-satunya pusat perbelanjaan terbesar di provinsi tersebut. Tak lama kemudian, berdiri satu hotel berbintang empat sehingga kini Gorontalo punya dua hotel sejenis.

Setelah itu, praktis, belum tampak pembangunan infrastruktur baru sebagai ikon sebuah kota di provinsi yang juga kaya keanekaragaman hayatinya itu. Gorontalo juga masih berada dalam bayang-bayang ”saudara tua”-nya, yakni Manado yang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Bahkan, Gorontalo masih dihantui persoalan yang cukup mengganggu untuk mempercepat pembangunan.

Contoh nyata adalah Gorontalo masih mengalami krisis energi listrik. Hampir setiap hari terjadi pemadaman di wilayah Gorontalo akibat pasokan listrik kurang. Beban puncak listrik di Gorontalo saat ini mencapai 65 megawatt, sedangkan sumber daya yang ada hanya mampu memasok 45 megawatt.

”Usia 13 tahun Gorontalo merupakan usia yang masih muda. Kami tak boleh tertidur dan akan terus mengatasi ketertinggalan dari provinsi lain. Banyak yang masih harus kami kejar dan sebagai pemimpin di provinsi ini kami harus fokus karena masa jabatan gubernur hanya lima tahun,” ujar Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Sabtu (15/2), saat ditemui di rumah dinasnya.
Andalkan infrastruktur

Rusli, yang kini sudah dua tahun menjabat bersama wakilnya, Idris Rahim, memfokuskan pembangunan infrastruktur sebagai program andalan selama periode kepemimpinannya. Pembangunan infrastruktur yang sedang direncanakan adalah pengembangan Bandar Udara Djalaluddin, pembuatan jalan Gorontalo Outer Ring Road sepanjang 45 kilometer, dan rumah sakit yang ditargetkan menjadi rujukan untuk kawasan Indonesia bagian timur.

”Soal listrik, kami sedang mempercepat pembangunan pembangkit listrik di Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, yang berkapasitas 2 x 25 megawatt. Terlepas itu semua, kami tetap perlu dukungan dan perhatian pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan di Gorontalo,” tutur Rusli.

Di dunia usaha di Gorontalo, salah satu pengusaha asli di Gorontalo, Lia Octavia Gani (35), mengatakan, secara umum, iklim investasi di Gorontalo bagus. Masih banyak peluang usaha di Gorontalo yang bisa dirintis. Pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan jalan dan bandara, mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran bisnis di Gorontalo.

”Selain infrastruktur, perbaikan mutu sumber daya manusia atau tenaga kerja di Gorontalo masih harus ditingkatkan,” ujar Lia yang berbisnis bidang perhotelan, agen perjalanan, dan kargo tersebut.

Salah satu warga Desa Talango, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Syamsul Suhairi (31), mengatakan, untuk mengatasi ketertinggalan Gorontalo dengan provinsi lain, kepala daerah di Gorontalo harus fokus pada pembangunan, bukan pada persoalan politik. Ia melihat beberapa dari mereka sibuk berpolitik terkait dengan pemilihan umum kepala daerah. (Aris Prasetyo)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005110781