BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Aktivitas Pelayaran Sepi

Aktivitas Pelayaran Sepi
Saat Pemilu Legislatif, Nelayan di Puger Libur Melaut

MAKASSAR, KOMPAS — Bersamaan dengan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 pada Rabu (9/4), aktivitas pelayaran antarpulau serta penyeberangan laut di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara sepi. Karena itu, pelayaran feri rute Bira-Selayar dikurangi. Sementara kapal cepat rute Kolaka-Siwa tidak beroperasi.

Anggota staf operasional Pelabuhan Penyeberangan, Bira Andi Abidin, di Kabupaten Bulukumba, Sulsel, mengatakan, jumlah penumpang feri tujuan Selayar kemarin kurang dari 100 orang. Begitupun jumlah kendaraan yang diangkut hanya sembilan unit, terdiri dari 3 truk, 2 bus, dan 4 mobil.

”Padahal, pada hari normal, volume penumpang dan kendaraan bisa mencapai 2-3 kali lipat dari jumlah itu,” kata Abidin saat dihubungi dari Makassar. Ia menilai, kondisi itu disebabkan warga memusatkan perhatian pada Pemilu Legislatif di daerah masing-masing. Karena penumpang sepi, kata Abidin, operator feri mengurangi pelayaran Bira-Selayar dari dua kali pergi-pulang menjadi hanya satu kali pergi-pulang pada Rabu.

Aktivitas pelayaran di Pelabuhan Kolaka, Sulteng, juga lesu. Syahbandar Pelabuhan Kolaka, Zainuddin, mengatakan, volume penumpang feri rute Kolaka-Bajoe (Sulsel) yang berangkat pukul 14.00 kurang dari separuh kapasitas maksimal, yaitu 200 orang.

Kemarin bahkan tidak ada kendaraan yang diangkut. Zainuddin mengatakan, pada hari biasa, feri Kolaka-Bajoe rata-rata mengangkut 20 kendaraan roda empat atau lebih.

Meski sepi penumpang, Zainuddin mengatakan, operator feri tidak mengurangi pelayaran, tetap sebanyak empat kali sehari. ”Jumlah penumpang diperkirakan akan meningkat pada malam hari,” kata dia.

Kapal cepat jurusan Kolaka-Siwa (Sulsel) juga tak beroperasi karena libur pemilu. Kapal cepat rute tersebut akan kembali beroperasi pada Kamis ini.
Nelayan libur

Pada hari pemungutan suara, seluruh nelayan di Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, menghentikan aktivitas berlayar sehari penuh. Seluruh armada nelayan dari berbagai alat tangkap, seperti jongkong, sekoci, dan perahu payang, ditambatkan di pusat pendaratan ikan atau sekitar tempat pelelangan ikan.

”Hari (Rabu) ini tidak ada aktivitas nelayan karena menghormati hari pemilihan umum. Lima tahun sekali memilih wakil rakyat yang cocok sesuai pilihan,” kata M Catur, nelayan, kepada Kompas, di Puger.

Jumlah perahu nelayan di Kecamatan Puger tercatat sebanyak 2.156 unit. Ini terdiri dari jenis jongkong yang berawak dua orang sebanyak 876 unit, perahu payang 579 unit yang setiap unit diawaki 20 orang, dan gillnet sebanyak 701 unit yang setiap unit berawak 7-10 orang.

Saat itu, suasana di pusat pendaratan ikan dan tempat pelelangan ikan di Puger sangat lengang. Hanya terdapat sebagian kecil pedagang ikan di pinggiran tempat pelelangan ikan yang menjual ikan sisa hasil tangkapan sebelumnya.

Saat ini sebenarnya sudah mulai memasuki musim ikan. ”Pekan ini hasil tangkapan nelayan mulai banyak sehingga harga ikan mulai turun,” kata Catur.

Harga tongkol setiap keranjang isi sekitar 10 ikan Rp 25.000, padahal dua pekan sebelumnya masih berkisar Rp 35.000-Rp 40.000.

Karena nelayan tidak melaut, persediaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen tidak bisa terpenuhi. Ini mendorong harga ikan kembali menjadi lebih mahal daripada sebelumnya. Harga tongkol, misalnya, naik menjadi Rp 35.000 per keranjang.

Iswaningasih, pedagang ikan dari Desa Bagon, Kecamatan Puger, kemarin, batal membeli ikan untuk dijual kembali karena nelayan tidak melaut. Dia berharap setelah mencoblos, para nelayan kembali melaut. (ENG/SIR)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005973151