BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

50 Tahun Roda Pedati Menemukan Jalannya…

Pelintasan Manado-Tomohon
50 Tahun Roda Pedati Menemukan Jalannya…

Terik matahari menyengat di Kota Tomohon pekan lalu tak menghalangi Ronny Timbuleng (62) untuk menggerakkan roda pedatinya. Jalan menurun curam beraspal dari Kakaskasen menuju perkebunan Tinoor, sekitar 5 kilometer, membuat ia berhati-hati. Roda pedati seperti menemukan jalannya lagi pada pelintasan Manado-Tomohon, Sulawesi Utara, yang kini terputus sejak bencana tanah longsor 15 Januari lalu.

Ronny mengatakan, hampir setengah abad roda pedati Tomohon enggan melintas di jalur aspal Manado-Tomohon karena jalan itu berubah menjadi jalan mobil. Petani mengganti transportasi ke kebun dengan sepeda motor, sebagian berjalan kaki.

Ia mengingat masa kecilnya pada dekade 1960-an ketika duduk di samping ayahnya di atas roda pedati pergi ke kebun cengkeh. Ayahnya berteriak-teriak mengendalikan sapi yang kedinginan pada pagi hari. Suhu pagi hari mencapai 10 derajat celsius, sangat dingin, disertai embun yang jatuh ke jalan.

Kini, semua berubah ketika pemerintah ”merampas” jalan roda pedati dengan jalan aspal. Awalnya, jalan aspal berkelok-kelok sampai di Warembungan, sekitar 15 km dari Tomohon, tetapi diperpanjang hingga ke Winangun, Manado. Lambat laun jalan diperlebar menjadi 6 meter dengan memangkas tebing yang berdiri kokoh di kawasan Tinoor hingga Warembungan. Pemerintah meningkatkan jalan Manado-Tomohon menjadi jalan nasional dengan pembiayaan APBN.

Pelintasan Manado-Tomohon akhirnya jadi salah satu urat nadi ekonomi yang menghubungkan Kota Tomohon, Minahasa, sampai ke Kabupaten Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Beban jalan bertambah berat seiring bertambahnya arus lalu lintas kendaraan tahun 1990-an. Saat itu, diperkirakan dalam satu menit 10 mobil melintas di jalur Manado-Tomohon.

Ketika Jembatan Tanawangko, Minahasa, putus akibat diterjang banjir bandang tahun 2006, semua mobil angkutan umum dan angkutan barang menuju Bolaang Mongondow dan Gorontalo harus melintas di jalan itu. Truk besar dan mobil pengangkut kontainer memadati Manado-Tomohon. Tidak jarang jalan menjadi macet saat mobil ukuran besar berpapasan di tikungan tajam.

Beban kendaraan semakin bertambah ketika booming penjualan mobil murah. Warga dapat memiliki mobil dengan uang muka Rp 20 juta. Hampir lima tahun belakangan, jalur Manado-Tomohon menahan berat beban kendaraan.

Struktur tanah penopang jalan Manado-Tomohon pun longgar saat berdiri sejumlah rumah makan di sisi jalan. Pepohonan rindang di sisi jalan ditebang dan diganti bangunan restoran. Setidaknya hal itu terjadi pada 30 rumah makan sepanjang jalan Manado-Tomohon yang menawarkan aroma makanan khas Minahasa.

Orang bisa saja mendirikan rumah makan tanpa harus mengurus izin mendirikan bangunan. Minimnya pengawasan terhadap bangunan di sepanjang jalan membuat jalan Manado-Tomohon menyempit. Sebagian badan jalan dipakai untuk parkir.

Sekretaris Kota Tomohon Arnold Poli mengatakan, Pemerintah Kota Tomohon sudah beberapa kali menegur pemilik rumah makan untuk tidak mendirikan bangunan di sisi jalan yang curam. ”Persoalannya, teguran tak diindahkan. Untuk membongkar bangunan berisiko pada kemacetan,” kata dia.

Kemacetan kerap terjadi di jalur Manado-Tomohon. Sebuah mobil mogok berdampak kemacetan belasan kilometer. ”Orang antre membeli minyak tanah di Pineleng, jalan macet sampai di Tinoor,” tambah Arnold.
Dilarang menggali

Johny Rompas, warga Tambulinas, pemilik rumah makan di jalan Manado-Tomohon, menuding galian kabel optik dan listrik di sisi jalan membuat tanah menjadi lembek. Menurut dia, hampir setiap enam bulan ada galian di tepi jalan, padahal kondisi tanah sudah tidak baik.

”Semestinya mereka dilarang menggali. Mereka hanya menggali, tetapi tidak menimbun. Kalau tanah ditimbun, tak dipadatkan, sebagian dibiarkan berlubang,” kata Rompas menunjuk galian di Tambulinas.

Ia lalu menunjuk galian kabel optik di dekat rumah makan miliknya yang telah ambles ke jurang akibat longsor. Johny Wenur, Kepala Balai XI Jalan dan Jembatan Sulawesi Utara-Gorontalo, mengatakan, kerusakan jalan Manado-Tomohon kerap terjadi. Hampir setiap tahun ketika curah hujan tinggi, jalan pasti longsor.

Dua tahun lalu, pihaknya sudah mengusulkan ke Jakarta untuk membangun jalan baru, tetapi kandas karena ketiadaan anggaran. Nah, melihat kondisi jalan seperti itu, tak ada pilihan untuk membangun jalan baru Manado-Tomohon. Dikatakan, anggaran jalan baru sekitar Rp 430 miliar.

”Syukur, ketika anggota DPR Komisi V berkunjung di Tomohon, mereka setuju dan akan memperjuangkan pendanaan proyek tersebut,” katanya.

Johny Wenur mengatakan, jarak Manado-Tomohon sekarang 25 km harus mengikuti lekukan bukit yang berkelok
tajam. Desain jalan baru tinggal 18 km. Sejumlah ruas jalan yang berlekuk akan diluruskan.

Jalan baru Manado-Tomohon dengan sentuhan teknologi akan lebih lebar dapat dilalui empat mobil sekaligus dari sisi kiri dan kanan. Arnold Poli menambahkan, dekade tahun 1990-an, Pemerintah Jepang telah menawarkan membangun jalan Manado-Tomohon dengan membuat jembatan gantung di sejumlah ruas. Jembatan itu menerobos jurang Tambulinas dan Tinoor. (ZAL)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004720393