BEKERJA DAN BERBAKTI UNTUK KEMAJUAN KTI

Sekolah Pagi, Tidak Sekedar Perubah Waktu Belajar

Orang tua murid sudah lama mengidam-idamkan peningkatan mutu pendidikan

 

Walau terletak di dalam perkebunan sawit , SDN 04 Seilayang pernah menjadi sekolah pilihan utama warga desa Seisega dan sekitarnya sampai dengan awal tahun 2000-an. Dan ketika pada tahun 2004 sekolah itu berpindah lokasi murid dan tenaga pengajar berkurang drastis, apalagi saat ini banyak sekolah swasta dan madrasah yang hadir di diwilayah tersebut. Padahal sekolah yang terbentuk dari Rakyat kemudian menjadi Sekolah Induk Kecamatan ini pernah memiliki siswa sampai lebih dari 200 siswa.

Permasalahan tidak terhenti sampai situ saja. Di sekolah yang saat ini memiliki 80 murid ini merubah jam belajar menjadi jam 1 siang dan berakhir di jam 4 sore hari ini dengan alasan banyaknya siswa yang harus mengasuh adiknya di pagi hari ketika orang tuannya pergi bekerja di kebun sawit, ataupun alasan seringkali terlambat jika kelas diadakan di pagi hari.

Cerita berbeda pun terdengar ketika dilakukan penggalian harapan anak-anak SDN 04 Seilayang, mereka sangat berharap untuk sekolah di pagi hari seperti teman-teman mereka yang bersekolah di tempat lain, selain itu mereka juga merasa tidak bersemangat sekolah siang karena udara panas di wilayah tersebut di siang hari, apalagi posisinya yang dilalui garis khatulistiwa yang menyebabkan kelembapan yang sangat tinggi.

Harapan siswa ini kemudian dibawa ke pertemuan orang tua dan guru untuk dicarikan solusinya. Ternyata tidak memakan waktu lama untuk hampir seluruh orang tua sepakat memindahkan jam sekolah ke pagi hari, dimana mereka bisa memperhatikan anak-anaknya sebelum berangkat sekolah, dan anak-anak tidak beralasan untuk tidak belajar di sore harinya.

Perpindahan waktu ini secara tidak langsung juga mengembalikan kewajiban lama yang sudah terabaikan, yaitu Upacara Pengibaran Bendera di Senin pagi setelah lebih dari 10 tahun tidak dilaksanakan karena sekolah siang tersebut.  

Saat ini, sudah lewat dua bulan sejak pertama kali anak-anak tersebut mulai masuk pagi, di minggu pertama masih ada sebagian terlambat tetapi saat ini terlihat semua anak-anak terlihat bermain bersama di lapangan sekolah bahkan sebelum jam pelajaran dimulai dan berlari masuk kelas ketika lonceng masuk dibunyikan.

 “gairah anak-anak untuk belajar bertambah” ujar Herman, orang tua murid yang juga menjadi anggota KPL yang juga bercerita dia selalu ditunggu di depan pintu rumah ketika dia pulang kerja untuk menemani anak-anaknya mengerjakan PR.

Hal tersebut juga dirasakan oleh Mat Ali, ketua RT yang mengatakan “ dulu anak-anak itu setiap hari PR nya hanya menggambar apapun pelajarannya, jadi setiap malam anak saya gambar kucing terus”.

Pendidikan didaerah 3 T(Terdepan, Terluar, Tertinggal) di Indonesia memang sering kali terabaikan baik dari sisi infrastruktur, ataupun kualitas pengajaran, tetapi bukan berarti harus dimaklumi terus dan tidak berupaya untuk memperbaikinya.

Seperti kata tokoh pendidikan Maria Montessori “Pendidikan Usia Dini adalah Kunci Untuk Masyarakat yang Lebih Baik”

 

 

Penulis: 
Aditya Rakhmat
Wilayah: