Seniber berusia 29 tahun, ibu dari satu anak ini mempunyai motivasi yang kuat untuk meningkatkan pendidikan di desa. Ia seorang gembala yang ditugaskan di Desa Rasau sejak sekitar bulan Februari 2016.
Sejak saat itu, Seniber mulai menjalakan tugasnya untuk menyelenggarakan sekolah minggu dan melayani umat. Pada saat mempersiapkan sekolah Minggu di Gereja Persekutuan Sidang Kristus (GPSK), beberapa anak datang ke Pastori untuk belajar membaca Al-Kitab. Namun, ibu Seniber melihat keterbatasan kemampuan anak-anak untuk membaca Al-Kitab masih terbata-bata dan belum lancar, bahkan tidak dapat menulis kalimat Al-Kitab dengan benar. Padahal anak-anak tersebut siswa kelas tinggi di SDN 07 Desa Rasau. Sejak itu Seniber merasa sedih bahkan menangis dengan kondisi anak-anak di tempat tugasnya yang tidak bisa membaca Al-Kitab dengan lancar.
Seniber kemudian berniat memberikan les kepada anak-anak dengan mengajak mereka untuk belajar membaca, menulis dan berhitung di Pastori yang menjadi tempat tinggal bersama keluarga kecilnya. Ibu satu anak ini juga aktif mengajak anak - anak yang lewat di depan Pastori untuk ikut les setiap sore. Pada awalnya hanya 7 orang anak yang tertarik dan datang ke Pastori untuk mengikuti les, beliau kemudian meminta anak-anak tersebut untuk membaca, dari 7 orang anak yang datang tersebut ada 5 orang anak yang masih kesulitan membaca satu kalimat, 2 diantaranya masih terbata-bata untuk membaca kalimat secara utuh. Seniber juga meminta anak-anak menulis kata dan kalimat yang dia tulis. Namun, anak-anak itu juga mengalami kesulitan menuliskan kata dan kalimat yang dia tuliskan. Begitu pun dengan belajar matematika, anak-anak tersebut masih belum bisa mengenal penjumlahan angka sederhana.
Usai mengajar les, Seniber bercerita pada suaminya tentang kondisi anak–anak tersebut. Suami Seniber meyakinkan bahwa dirinya mampu mengubah mereka menjadi anak - anak yang istimewa, mampu membaca, menulis dan berhitung. Memperoleh dukungan suami tersebut, ibu Seniber bertambah semangat, beliau kemudian mendatangi dan mengajak murid-murid lainnya serta membujuk para orang tua agar anaknya mau ikut les di tempatnya dengan gratis.
“Ini bagian dari pelayanan. Bagaimanapun juga, Gembala adalah Pelayan Tuhan dan Jemaat. Dengan membantu anak-anak bisa membaca, menulis dan berhitung juga pelayanan kepada masyarakat,” ujar Seniber ketika pertama kali bertemu dengan Tim KIAT Guru ketika mewawancarainya sebagai tokoh agama saat pemetaan desa.
Sekarang ini usaha yang dilakukan oleh ibu Seniber sudah menampakkan hasil. Anak anak yang mengikuti les di Pastori semakin banyak, kemampuan anak anak tersebut dalam membaca, menulis dan berhitung juga meningkat. Seperti yang disampaikan oleh Pak Titus kepala desa Rasau, “Kalau ibu Seniber tidak mengadakan les, mungkin Randa cucu saya masih kesulitan membaca. Sekarang Randa sudah pandai membaca.”ungkapnya
Selain itu, yang membuat ibu Seniber merasa sedih adalah guru-guru yang seharusnya menjadi ujung tombak pendidikan justru malah merasa dimudahkan dengan les yang diselenggarakannya, tidak ada perubahan terhadap pelayanan yang seharusnya diberikan guru kepada anak anak di sekolah. Dari Pastori tempatnya tinggal, ia sering melihat anak-anak yang seharusnya berada di dalam kelas untuk menerima pelajaran malah berada di luar dan bermain. Bahkan beberapa anak bermain sampai ke Pastori pada saat jam sekolah dan masih menggunakan seragam. Saat beliau bertanya kenapa anak-anak malah bermain bukannya belajar di kelas, anak-anak tersebut menjawab, “gurunya tidak masuk ke kelas, kami juga sudah selesai mencatat tugas di papan tulis.”
Setelah mendengar penjelasan KIAT Guru saat pemetaan di Desa Rasau, ibu Seniber merasa tertarik dan berterus terang ingin berpartisipasi pada setiap kegiatan. Bahkan ibu Seniber berusaha untuk menawar kepada jajaran Pendeta Daerah Kabupaten Sintang untuk memperpanjang masa orientasinya di Desa Rasau yang akan berahir pada bulan Februari 2017. Beliau diijinkan, dan aktif membantu FM memfasilitasi kegiatan KIAT Guru di Desa Rasau sebagai seorang Kader Desa.