Festival Pelajar Sulawesi Selatan (FPS) #1 (Pertama) yang berlangsung 14 – 16 Oktober 2016 berlangsung spektakuler. Betapa tidak, kegiatan yang persiapannya hanya beberapa minggu berlangsung seperti persia-pannya setahun. Tidak heran kemudian, bila festival pelajar pertama ini mengukir sejumlah rekor nasional.
Paling tidak, selama festival pelajar berlangsung enam rekor MURI terpecahkan. Pertama, Festival Pelajar Sula-wesi Selatan ini dinyatakan festival yang terbanyak pesertanya, yaitu melibatkan tidak kurang 10.000 pelajar da-ri 24 Kabupaten Kota se Sulsel dengan 32 cabang lomba dan pertunjukan.
Kedua, dalam FPS ini juga berhasil mencatatkan rekor baru, yaitu merakit 1003 laptop oleh 1003 siswa SMK. Ketiga, siswa SLBN Pembina Prov. Sulsel berhasil membuat bendera lambang daerah terbesar di Indonesia, yaitu 347 meter. Keempat, mencanangkan Diklat Uji Kompetensi Guru (UKG) sebanyak 400 angkatan atau 14.000 orang, kelima, Sulsel Menari 24 Jam yang dimotori siswa SMKN Somba Opu dan SMA/SMK se Sulawesi Selatan, dan keenam, membuat kue tradisional tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 19 meter yang dikerjakan siswa SMKN 1 Sulsel dan SMKN 5, SMKN 6 Makassar.
PERTAMA DI INDONESIA
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Didik Suhardi mengakui, langkah terobosan yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan ini merupakan hal yang luar biasa dan pertama di Indonesia.
Didik Suhardi mengharapkan Festival Pelajar Sulsel #1 bisa melahirkan prestasi selevel dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN), Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Lomba Kompetensi Siswa (LKS), dan Debat Bahasa serta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).
Kekaguman Didik Suhardi karena Festival Pelajar Sulsel ini mempu merangkum lomba dan festival selevel OSN, LKS, FLS2N, O2SN, Lomba Debat Bahasa, dan OPSI menjadi satu kesatuan pada Festival Pelajar di Sulawesi Selatan #1. Hebatnya lagi, tidak saja satu jenjeng pendidikan, tapi semua jenjang. Mulai jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK.
“Kami mengharapkan hasil Festival Pelajar Sulsel pertama ini mampu berkompetisi di level nasional bahkan in-ternasional,” harap didik Suhardi.
Tak hanya Didik Suhardi, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sumarna Supranata juga memberi apresiasi tinggi terhadap kegiatan Festival Pelajar Sulsel ini. Terlebih lagi pada acara pencanangan Dik-lat Uji Kompetensi Guru (UKG) yang digelar di Makassar Golden Hotel, Jumat 14 Oktober 2016.
Kekaguman dan pujian tak hanya datang dari pusat. Sebab Gubernur Sulsel H. Syahrul Yasin Limpo, juga memberi apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan ini. “Ini luar biasa. Festival ini harus menjadi pendorong dan mampu meresonansi seluruh sendi pendidikan agar bisa lebih maju,” tutur Syahrul Yasin Limpo saat membuka Festival Pelajar Sulsel ini.
Menurutnya, Festival Pelajar Sulsel ini menjadi langkah strategis, penting dan utama dalam menghadirkan pendidikan yang lebih baik. Ia percaya hanya dengan pendidikan yang baik, akan mampu memajukan daerah dan meningkatkan derajat, kesejahteraan masyarakat Sulsel.
Bahkan Gubernur Sulsel dua periode ini, secara khusus memberi pujian kepada Kepala Dinas Pendidikan Prov. Sulsel, H. Irman Yasin Limpo. “None (sapaan akrab Irman Yasin Limpo, red) ini luar biasa,” ucap SYL.
Menurut Syahrul, Kadis Pendidikan yang baru dilantik, 5 September 2016 ini mampu menggerakkan dan menggairahkan semangat pelajar dan guru untuk saling berkompetisi, berkreasi dan berkompetensi. “Hari Ulang Tahun Sulawesi Selatan kembali meriah karena festival ini,” tutur Syahrul.
Karena itu, ia menghimbau SKPD lain bisa mencontoh apa yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
JADI MONUMENTAL DAN AJANG KREATIVITAS
Festival Pelajar Sulawesi Selatan #1 membuat semua orang bangga dan memberi apresiasi yang tinggi. Ajang ini menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, H. Irman Yasin Limpo sebagai ajang monumental yang dige-lar sebagai rangkaian memperingati Hari Jadi Sulawesi Selatan yang ke-347 tahun.
Ia mengharapkan Festival Pelajar Sulawesi Selatan (FPS) milik semua pelajar dan menjadi momen untuk selalu dinanti para pelajar setiap menjelang peringatan Hari Jadi Sulsel. “Ajang ini adalah milik pelajar,” ucap Irman.
Selain sebagai ajang silaturahim, unjuk kreativitas dan daya saing yang dimiliki pelajar. Momen ini, kata None, juga akan menjadi bahan evaluasi pola didik dan memetakan kemampuan dan bakat para pelajar di Sulawesi Selatan.
Festival Pelajar Sulsel memang menjadi ajang unjuk kebolehan. Selain menampilkan kebolehan dalam menari, membuat kue, merakit laptop, dan berbagai unjuk kebolehan di bidang sains, seni, agama dan olahraga. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah ajang unjuk kemampuan dan kreativitas yang dipamerkan pada 100 stand SMK di Anjungan Pantai Losari selama tiga hari.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yang meninjau arena pameran mengaku bangga dan memberi apresiasi tinggi terhadap hasil karya siswa SMK ini. Bahkan setiap stand yang dikunjungi, SYL selalu melakukan dialog pada siswa yang menjaga stand.
Setiap stand, siswa SMK memamerkan hasil kreativitas yang menjadi andalan atau ciri khas sekolahnya. Sebut misalnya SMK Negeri 1 Belopa Kabupaten Luwu yang memamerkan hasil karyanya berupa mesin genset pem-bangkit listrik dengan memanfaatkan sepeda motor.
Menurut Dartono, sang guru pembimbing, hasil kreasi siswa ini telah dimanfaatkan masyarakat sekitar se-kolahnya saat mati lampu. Juga sebagian masyarakat petani saat berada di kebun hingga malam hari. “Jadi pe-tani tak perlu repot membawa genset, cukup mengendarai sepeda motor gensetnya, bensinnya juga hemat dan dapat menghasilkan daya 500 watt,” tutur Dartono, guru pembina Otomotif SMKN 1 Belopa ini.
Gubernur Sulsel SYL sendiri mengaku kagum melihat pemanfaatan hasil kreasi siswa SMKN 1 Belopa ini. “Wah ini luar biasa ini yah. Saya tidak menyangka siswa SMK bisa menciptakan sepeda motor jadi genset listrik,” ucap SYL.
Rasa kagum juga diperlihatkan SYL ketika mengunjungi stand SMK Muhammadiyah Bungoro Pangkep. Di stand ini SYL menyaksikan hasil rakitan siswa mobil gokar ala formula 1 (F 1). Mobil modifikasi ini menggunakan mesin mobil dari kompresor, namun rangka dan body terbuat dari besi.
Mobil mainan buatan siswa SMK ini pun bisa mengangkut beban hingga 80 kg. Pembuatan mobil modifikasi ini hanya menelan biaya Rp 7 juta, rangka dan body Rp 6 juta dan mesin kompresor Rp 1 juta. Masa pengerja-annya hanya 15 hari.
Menurut Sukri, guru pembimbing yang juga Ketua Jurusan Otomotif SMK Muhammadiyah, mobil F1 buatan siswanya ini masih terus dalam pengembangan agar bisa lebih sempurna.
Selain stand teknik, sejumlah SMK juga menampilkan buah tangan dari hasil pertanian, seperti yang dipamer-kan siswa SMK Negeri 5 Pinrang dengan hasil teknologi pertanian, juga teknologi tepat guna.
Bahkan SMK Negeri 1 Larompong Kabupaten Luwu menjadikan limba plastik yang telah direkayasa menjadi sumber bahan bakar alternatif menjadi andalan stand pamerannya. Cara pembuatannya sangat sederhana, yai-tu limbah plastik dari botol air mineral dimasak dengan air. Uapnya yang dihasilkan dari rebusan limba disu-ling dengan menggunakan menggunakan pipa ke dalam tempayan.
Hasil penyulingan didinginkan proses kondensasi. Hasilnya berupa cairan berkandung oktan seperti bensin yang mudah terbakar. ** Asri
- Log in to post comments
- 175 reads