Sudah Puluhan tahun, setiap musim hujan tiba warga desa beringin Jaya, kecamatan Baebunta, kabupaten Luwu Utara menghadapi masalah tidak bisa menggunakan jambannya untuk Buang air besar, karena jamban mereka terendam banjir luapan sungai Rongkong, setelah banjir banyak jamban warga yang rusak.
Kondisi Topografi dataran rendah dan berada di bantaran sungai rongkong, merupakan salah satu penyebab utama desa Beringin Jaya setiap tahun rutin menerima luapan air salah satu sungai terbesar di Sulawesi Selatan ini, utamanya pada puncak musim hujan antara bulan Oktober – Pebruari, ketinggian air di perkampungan bisa mencapai 0,5 – 0,75 meter mengenangi hampir seluruh desa, untungnya rumah warga bisa dianggap aman dari rendaman air karena rata-rata berupa rumah panggung, tetapi jamban mereka tergenang air dan tidak bisa digunakan, sehingga pada musim banjir warga Buang Air Besar sembarangan ditempat-tempat yang tidak tergenang air.
Pada pertengahan tahun 2014 Program STBM BMGF – Wash Unicef menjadikan desa ini sebagai salah satu sasaran Program, dari sinilah inisiatif local ini mulai bergulir. Difasilitasi fasilitator Komunitas Program Wash Unicef dilakukan serangkaian proses pertemuan persiapan Sosial, dalam rangakain pertemuan ini pula di ketahui bahwa salah satu alasan warga belum membangun jamban karena jamban tidak bisa digunakan musim banjir tahunan, bahkan sebahagian rusak setelah banjir surut.
Dalam salah satu pertemuan yang dilakukan oleh Pemerintah desa dan warganya yang di fasilitasi Komunitas Wash Unicef pada akhir tahun 2014 , diskusikan opsi tipe jamban yang tahan banjir dan bisa tetap digunakan pada saat banjir tahunan. Dalam pertemuan ini beberapa opsi tipe jamban ditawarkan dan disepakati untuk mencoba membangun jamban inovasi antispasi banjir, dengan meninggikan permukaan saptick tank dan bangunan tengah diatas permukaan air tertinggi pada saat banjir.
Derita (41) salah seorang warga dusun Cempaka yang pertamakali menyatakan kesiapan membangun jamban antisipasi banjir sebagai percontohan secara swadaya. Jamban percontohan dengan tinggi permukaan saptick tank 0,75 meter dari permukaan tanah dan tinggi bangunan tengah 1 meter dari permukaan tanah dapat selesaikan dikerjakan dengan gotong royong ini dalam 2 hari, kemudian di ikuti 10 Kepala Keluarga membangun jamban dengan tipe yang sama.
Karena terbukti pada musim banjir tahun 2015, jamban percontohan milik Derita tetap aman digunakan, maka disepakati dalam Musyawarah desa untuk menjadikan jamban percontohan antisipasi banjir dan beberapa warga membangun jamban seperti milik Pak Derita.
Jamban tipe antisipasi banjir ini kemudian menular ke desa tetangga, salah satunya desa Lembang-lembang, mengalokasikan anggaran dana desa untuk mendukung 40 KK membangun jamban tipe antisipasi banjir pada tahun 2016 dan merencanakan untuk mencapai status desa SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) sampai akhir 2018.
Menurut Rusdi (36) Fasilitator Komunitas Wash Unicef bahwa Pemerintah Desa Beringin Jaya dan Desa Lembang-lembang telah berkomitmen mengalokasikan dana desa sebagai stimulant mendukung penyediaan jamban anti banjir ini untuk semua warganya secara bertahap sampai tahun 2018.
“ Pemerintah desa telah berkomitmen dalam Musyawarah desa akan meng-anggarkan setiap tahun untuk membangun tipe jamban ini, karena telah terbukti aman dan dapat digunakan pada saat banjir”. Ujarnya.
Dengan adanya inisiatif local ini, kini warga desa Beringin Jaya dan lembang-lembang yang sudah membangun jamban anti banjir tidak lagi merasa was-was mencari tempat buang air besar apabila banjir tahunan datang. (sam_washlutra)
- Log in to post comments
- 154 reads